Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Kelompok alumni Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2004 menghelat pameran berkonsep interaktif dengan judul Ourchetype. Berlangsung di Galeri Soemardja ITB, pameran berlangsung hingga Sabtu 5 Oktober 2024 sejak dibuka 20 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agar bisa berinteraksi langsung dengan karya pameran, pengunjung ketika masuk diminta untuk memindai kode respon cepat atau QR code. Menurut penjaga pameran, Ourchetype dibungkus dengan konsep penceritaan tentang kehidupan seekor bebek yang terbang bermigrasi lalu kembali ke sarang di tempat kelahirannya. “Semuanya ada enam tahapan, ada banner dan petunjuk untuk berinteraksi dengan karya,” katanya, Kamis 26 September 2024.
Pameran Beri Ruang Pengunjung untuk Selami
Ourchetype dirancang dari teori psikologi Jung yang antara lain meyakini bahwa manusia dilahirkan dengan membawa pola sifat tertentu yang bersifat laten dan genetik atau diwariskan keluarga. Menurut Creative Director Ourchetype Andi Abdulqodir, pameran ini memberikan ruang bagi pengunjung agar dapat menyelami dirinya. “Setelah itu mereka akan dikenalkan kepada karya-karya yang memiliki sifat yang sama dengan dirinya,” kata dia di laman ITB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ourchetype dirancang dari teori psikologi Jung tentang diri dan interaksinya dengan orang lain. Foto: TEMPO|ANWAR SISWADI.
Di setiap karya juga terkandung makna dan pesan yang ingin disampaikan. Pengunjung diminta untuk membaca habis setiap pesan dari tiap karya sekaligus untuk mengetahui diri sendiri. Pada awalnya di tahapan pertama, pengunjung diminta untuk menggambar bebek di lembaran kertas yang disediakan. Pada pos kedua dan seterusnya, ada pertanyaan dari tautan pada handphone yang harus dijawab.
Tempat singgah di Buana Raya, mengharuskan pengunjung berimajinasi menjadi seekor bebek yang dihadapkan dengan berbagai pilihan. Nantinya pilihan itu akan mengarah ke persona atau sosok dalam diri yang selalu diperlihatkan kepada orang lain. Adapun di Lintang Rintang, pengunjung akan mendapat pengalaman indra pendengar untuk merasakan suara-suara yang dianggap mengganggu. Bagian ini akan membawa pengunjung ke shadow atau bayangan, yaitu bagian dari diri yang selalu ditutupi.
Setelah menemukan persona dan bayangan, tahapan Bentang Makna selanjutnya membentuk sebuah pribadi yang utuh bernama self. Selain untuk mengenal diri sendiri, pameran ini sekaligus mengajak pengunjung yang tidak saling mengenal menjadi terkoneksi. Tujuan itu diwujudkan melalui salah satu karya yang meminta pengunjung menulis pesan melalui surat. Menurut Andi, tantangan terbesar yang dihadapi selama persiapan adalah proses risetnya.