Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Peluh dan Erotisme Ine

Di Teater Salihara, Ine Febriyanti menampilkan sebuah monolog erotis. Di panggung yang betul-betul bersuhu panas.

23 Juni 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ine Febriyanti berjalan perlahan di atas panggung. Ia menempatkan tiga botol minuman kemasan ukuran dua liter di tiga titik. Pakaian Ine kasual. Celana panjang, atasan tanpa lengan, tanpa alas kaki. Potongan rambutnya baru, skinhead, dan sisa rambut diikat rapi. Ia berdiri di hadapan sorotan panas 110 corong lampu. Lampu-lampu itu berjarak hanya puluhan sentimeter dari tempatnya.

Kalimat awal monolog berjudul Warm ia bawakan lembut dan lirih. "...Lelaki dan lelaki. Dimulai dengan lelaki." Ine terus berbicara, "Dada membusung, perut mengempis. Kepalaku menunduk sangat lembut. Mulutku ingin mencium. Segalanya membingungkan."

Naskah Warm karya penulis kontemporer Prancis, Ronan Chéneau, berisi imaji-imaji seorang perempuan tentang sensualitasnya. Naskah itu dibaca Ine dengan iringan dua pemain akrobat asal Bogota, Kolombia, yang menetap di Prancis, Edward Aleman dan Wilmer Marquez.

Ine mengatakan naskah itu membuatnya merinding karena erotika kalimat-kalimatnya, terutama saat menggambarkan orgasme. Pekikan dan seruan seorang perempuan, "...Angkat! Tabrak! Hancurkan! Lumat! Tarik! Di sini! Ulurkan padaku...." Penonton terbakar oleh imajinasi liar dan erotika kata-kata. Peluh pasti membanjir karena penyejuk udara di ruangan Teater Salihara sengaja dimatikan.

Apalagi duo pemain akrobat itu. Lihatlah peluh mereka saat adegan saling bopong dan tumpu, yang menguras tenaga. Panel cermin di panggung turut bergerak-gerak, membentuk cahaya menyerupai ombak ganas, yang menambah panas ruangan. Duo pemain akrobat tersebut berperang dengan gerakan dan cahaya panas itu sendiri. Gerakan cukup berbahaya adalah saat kepala Aleman menjadi injakan kedua kaki Marquez untuk berdiri menjulang. Aleman menyatakan baru kali ini ia melakukan gerakan itu setelah mereka bersama-sama tumbuh menjadi penambul sejak 14 tahun lalu.

Dalam monolog, Ine—yang membawakan suara perempuan itu—memohon kehadiran kedua laki-laki, menyemangati untuk memuaskan berahinya. Ketika ia memekik, berusaha mencapai akhir kenikmatan, duo pemain akrobat melakukan gerakan lebih menguras tenaga. Lima kali tubuh Marquez menerkam Aleman, yang telentang, dan dia terlempar kembali dalam posisi jatuh ke tubuh di bawah Aleman.

Air dari botol yang disediakan di panggung ditumpahkan ke mulut dan tubuh kedua penambul itu. Ine berujar, "Dan rasa perih pada tingkat ini pun jadi nikmat dan rasa sakit pada tingkat ini pun jadi nikmat." Menurut Ine, dalam menjalani monolog ini, ia tidak hanya menghafalkan, tapi juga melibatkan seluruh tubuh dan melakukan observasi. "Mengalir saja," kata Ine, yang berlatih intensif bikram yoga untuk membiasakan diri dengan panas.

"Tugas teks itu membawa penonton mendalami keerotisannya. Ine tak perlu memperagakan keerotisan tubuhnya. Lebih erotis pikiran di kepala penonton daripada Ine yang memperagakannya di atas panggung," ujar David Bobée, sutradara pertunjukan kerja sama Institut Français Indonesia dan Salihara. Ia memuji kecerdasan Ine membaca teks, membawakan dan memberi interpretasi agar tidak vulgar. Sebab, ada soal orgasme atau masturbasi. "Mungkin penonton di Indonesia belum terbiasa dengan hal ini," katanya.

Evieta Fadjar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus