Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pembredelan Pameran Lukisan Tunggal Yos Suprapto Diikuti Pentas Teater Wawancara dengan Mulyono Digembok

Pembredelan dilakukan terhadap pementasan kelompok Teater Payung Hitam berjudul Wawancara dengan Mulyono. Sebelumnya pameran lukisan Yos Suprapto.

18 Februari 2025 | 12.02 WIB

Pelukis Yos Suprapto menurunkan karya lukisannya yang batal dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta, 23 Desember 2024. TEMPO/Subekti
Perbesar
Pelukis Yos Suprapto menurunkan karya lukisannya yang batal dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta, 23 Desember 2024. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Pertunjukan kelompok Teater Payung Hitam berjudul Wawancara dengan Mulyono gagal dipentaskan pada 15 dan 16 Februari 2025 karena ruang pertunjukan digembok oleh pihak kampus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Tadi pagi saya ke sini itu pintu Studio Teater sudah digembok,” kata sutradara sekaligus pemain kelompok Teater Payung Hitam Rachman Sabur kepada Tempo, Sabtu, 15 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Padahal sebelumnya, Rachman dan pemain lain yaitu Tony Broer sempat berlatih di studio itu pada Jumat, 14 Februari 2025 hingga sekitar pukul 23.00 WIB. 

Gambar baliho Teater Payung Hitam yang dicopot di kampus ISBI Bandung. Foto: Dok.Payung Hitam.

Selain itu, sebelumnya sehari setelah pemasangan baliho berukuran 3 x 4 meter di depan Gedung Kesenian Sunan Ambu ISBI Bandung pada Rabu, 12 Februari 2025, baliho tersebut dicopot pihak kampus. “Alasannya untuk dokumentasi,” kata Rachman.

Baliho yang sempat ditahan itu kemudian diminta kembali lalu dipasang lagi Jumat 14 Februari 2025. Tapi kemudian menurut Rachman, baliho acara itu dicopot lagi. Hingga kemudian pintu ruangan acara digembok menjelang pementasan.

Sementara itu, melalui keterangan tertulisnya,  Rektor ISBI Bandung Retno Dwimarwati menyatakan komitmennya dalam menjaga lingkungan akademik selalu kondusif dan harmonis dengan melarang keras segala bentuk kegiatan yang mengandung unsur suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA), termasuk kepentingan berbau politik praktis yang melibatkan dosen dan purnabakti. 

“Kebijakan ini diambil guna memastikan bahwa kampus tetap menjadi ruang ilmiah yang bebas dari konflik kepentingan dan provokasi berbasis identitas dan politik tertentu,” katanya, Ahad malam 16 Februari 2025.

Pembredelan Lukisan Yos Suprapto

Pembredelan karya seni serupa juga pernah dialami pelukis asal Yogyakarta Yos Suprapto, oleh Galeri Nasional Indonesia. Pameran tunggal perupa senior yang bertema "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan" yang sedianya akan digelar pada Kamis, 19 Desember 2024 batal dilakukan karena ruang galeri dikunci dan lampunya dimatikan. 

Yos mengaku dilarang masuk ke ruang pameran tempat karyanya dipajang di Gedung A Galeri Nasional akibat sejumlah karya yang dia pamerkan dianggap melanggar norma sosial oleh penyelenggara. “Saya senimannya saja tidak bisa masuk ke dalam ruang di mana saya menaruh karya-karya saya,” kata Yos di Gedung YLBHI-LBH Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 21 Desember 2024. 

Perupa senior itu mengomentari narasi dari Kementerian Kebudayaan yang menyatakan permasalahan ini bukan sebagai bentuk pembredelan. Menurut Yos, apa yang dia rasakan itu adalah pembredelan karya seni karena dia dan para pengunjung tak bisa melihat ke dalam galeri.

“Saat konferensi pers Menteri Kebudayaan kita yang tayang tadi malam, (mereka) menyatakan bukan pembredelan tapi penundaan. Penundaan tanpa jadwal. Saya agak sedikit menyesal karena oknum-oknum yang menghentikan ini,” ujar Yos.

Selama proses kurasi karya, Yos menyebut dirinya bekerja sendirian karena kurator pameran memutuskan mundur. Dia berjibaku untuk memajang 30 karyanya dalam pameran. “Saya kuratornya sendiri karena pada waktu itu kuratornya tidak ada. Pameran ini menurut kesepakatan seharusnya berlangsung 3 Desember 2024, kemudian diundur menjadi 19 Desember 2024. Galeri Nasional telah lalai dengan sengaja,” ujar Yos.

Kurator pameran ini sebelumnya adalah Suwarno Wisetrotomo. Namun dia memutuskan untuk mundur karena tidak sepakat dengan Yos terhadap karya-karya di pameran tunggal ini. “Menurut pendapat saya, ada dua karya yang terdengar seperti makian semata, terlalu vulgar, sehingga kehilangan metafora yang merupakan salah satu kekuatan utama seni dalam menyampaikan perspektif,” kata Suwarno melalui pernyataan resminya, Jumat, 20 Desember 2024.

Suwarno menyebut perannya sebagai kurator sangat sentral. Dia harus mengatur supaya tema dan karya yang dihasilkan dalam pameran tersebut memiliki keselarasan terhadap konsep awal. “Bagi saya sebagai seorang kurator, pendapat saya penting untuk dipertimbangkan oleh seniman,” ucap Suwarno.

Kendati memilih mundur, Suwarno menegaskan bahwa keputusannya tidak bermaksud menghentikan pameran tunggal karya Yos Suprapto. Namun fakta di lapangan menunjukkan kalau pameran ini ternyata mendapat perlakuan berupa pembredelan oleh Galeri Nasional. Pengunjung dilarang masuk untuk menyaksikan karya-karya Yos Suprapto.

Lebih lanjut, Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia Jarot Mahendra sebelumnya menjelaskan bahwa dalam proses penataan karya di area pameran terdapat beberapa karya yang tanpa melalui kesepakatan antara seniman dan kurator. “Setelah melalui proses evaluasi oleh kurator pameran, karya-karya tersebut dianggap tidak sesuai dengan tema kurasi yang telah ditetapkan,” kata Jarot.

Alif Ilham Fajriadi dan Anwar Siswadi berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus