Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - ArtSwara mempersembahkan Mar, sebuah pergelaran musikal yang mengisahkan cinta dan pengorbanan di tengah kobaran Bandung Lautan Api. Berlatar 1946, cerita ini mengikuti perjalanan Mar, prajurit Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan Aryati, perawat rumah sakit. Cinta mereka diuji oleh perang dan tugas negara yang tak bisa ditawar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penonton akan dibawa menyelami romansa Mar dan Aryati di masa muda. Keteguhan cinta mereka bergulir di tengah perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Mar tak hanya merayakan hubungan dua insan, tapi juga menceritakan semangat orang-orang pada masa itu yang rela mengorbankan segalanya demi kebebasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor: Viral Lagu Halo-halo Bandung Karya Ismail Marzuki Dijiplak Menjadi Helo Kuala Lumpur
Alasan Memilih Bandung Lautan Api
Maera Panigoro, produser eksekutif ArtSwara, mengungkapkan alasan memilih peristiwa sejarah Bandung Lautan Api sebagai latar. “Saya lahir di Bandung, keluarga saya kebanyakan dari Bandung. Jadi punya tempat tersendiri di hati,” ujar Maera di Griya Jenggala, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin, 17 Februari 2025.
Kecintaan Maera pada musikal berpadu dengan keinginannya mempersembahkan sesuatu yang erat dengan Bandung. “Apa ya, yang paling mengenal tentang Bandung kecuali kulinernya? Ya, Bandung Lautan Api,” ujarnya menambahkan.
Maera Panigoro, Executive Producer ArtSwara dalam konferensi pers Pergelaran Musikal Merayakan Karya Ismail Marzuki berjudul ‘Mar’ di Griya Jenggala, kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Pusat, 17 Februari 2025. Tempo/Jasmine
Merayakan Warisan Ismail Marzuki dengan Sentuhan Jazz
Tak sekadar kisah cinta, Mar juga merayakan karya-karya maestero Ismail Marzuki yang dihidupkan kembali dalam aransemen jazz. Di bawah arahan Dian HP sebagai direktur musik, komposer, pengatur vokal, dan penulis libretto, lagu-lagu legendaris Ismail Marzuki diinterpretasikan ulang dengan sentuhan jazz yang dinamis.
Maera menjelaskan bahwa jazz dipilih bukan tanpa alasan. “Jazz itu sangat kental di Bandung, terutama di tahun 40-an. Saat itu, salah satu sosok jazz adalah Ismail Marzuki,” ujarnya. Sentuhan jazz dalam Mar tak hanya membangkitkan kenangan era Bandung Lautan Api, tapi juga menghadirkan pengalaman teater yang imersif dan emosional.
Pendekatan artistik dalam musikal ini juga dirancang agar penonton dapat larut dalam emosi yang mengalun melalui nada-nada abadi karya Ismail Marzuki. Dengan interpretasi jazz yang segar, Mar diharapkan dapat membawa semangat zaman perjuangan yang nyaris terlupakan.
Hak Cipta Karya-karya Ismail Marzuki
Dalam proses produksi, ada sedikit cerita tentang hak cipta lagu-lagu Ismail Marzuki. Kepada Tempo, Produser Narindra Kukila mengungkapkan, “Lagu-lagu Ismail Marzuki itu sudah public domain. Kami cari tahu siapa yang pegang lisensi atau hak ciptanya, ternyata tidak ada.”
Narindra menjelaskan bahwa tim produksi sempat menghubungi Racmi Aziah, putri semata wayang Ismail Marzuki, yang membenarkan bahwa keluarganya tak pernah menerima royalti atas karya sang maestro. “Pada prosesnya, kami hanya memberikan sumbangan untuk penggunaan lagu-lagu Ismail Marzuki, karena memang nggak ada yang pegang hak ciptanya,” ucap Narindra.
Mar adalah produksi ke-13 ArtSwara yang menampilkan sejumlah aktor musikal kenamaan, termasuk Gabriel Harvianto sebagai Mar dan Galabby Thahira sebagai Aryati serta aktor pendukung seperti Taufan Purbo Kusumo, Ni Made Ayu Vania Aurellia, Bima Zeno Pooroe, dan Witrie. Dengan ide asli dari Maera Panigoro, naskah yang ditulis oleh Titien Watimena, dan disutradarai oleh Wawan Sofwan, Mar menjadi perayaan terhadap warisan budaya dan sejarah Indonesia.
Pergelaran musikal Mar akan dipentaskan pada 26-28 Februari 2025 di Ciputra Artpreneur, Ciputra World Jakarta. Tiket dapat dipesan melalui situs resmi ArtSwara di https://artswara.co.id/mar-pemesanan/ dengan harga mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 400 ribu.