Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Puisi Kultus Adriansyah Subekti dan Layar Putih Iman Sembada

Adriansyah Subekti, tinggal di Purwokerto, Jawa Tengah. Iman Sembada tinggal di Depok, Jawa Barat. Inilah puisi mereka.

4 Januari 2025 | 09.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kultus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Puisi Adriansyah Subekti berjudul 'Kultus'.

  • Puisi Iman Sembada berjudul 'Layar Putih'.

  • Iman Sembada tinggal di Depok dan Adriansyah Subekti di Puwokerto.

Ruang Sastra hari ini menampilkan dua puisi karya dua pengarang.Adriansyah Subekti, pengarang yang tinggal di Purwokerto, Jawa Tengah,menulis puisi "Kultus". Salah satu cerpen terbarunya dimuat dalam buku Kiamat Baru: Antologi Esai, Puisi, dan Cerita Generasi Terburuk Sastra Indonesia (Talas Press, 2024).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Iman Sembada, sastrawan kelahiran Purwodadi, Jawa Tengah, menulis puisi "Layar Putih". Selain menulis puisi, ia menulis cerpen dan melukis. Buku puisinya adalah Airmata Suku Bangsa (2004), Perempuan Bulan Ranjang (2016), dan Orang Jawa di Suriname (2019). Dia kini tinggal di Depok, Jawa Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adriansyah Subekti

Kultus

 

: Diogenes

 

demi nasib sengar yang menclok

di leher orang-orang keok, kami

bangkit dari sebuah peti

bersama tiga ribu gagak

yang meneriakkan namamu

mencari tulangmu, tulangmu

terkubur bersama kering ludah 

para dewa, para dewa

yang buta, enggan kautatap

 

sebab kelopak matamu

adalah hasrat untuk tersesat

di tempat-tempat asing

di mana badut-badut lapar

melukis api pada batu

dan menulis namamu

dengan darah yang mengucur

dari perut lembah kesengsaraan

 

tetapi kesengsaraan, bagimu

adalah anjing berkepala tiga

yang menyalak

di atas puing reruntuhan

di bawah bintang-bintang

berwarna api

 

2024


Iman Sembada

Layar Putih

 

Malam terlepas, aku melihat layar putih 

Dan seseorang yang membuat film horor 

Setelah pidato-pidato menjadi kuburan 

Dan neraka tanpa kritik-kritik seni peran 

 

Setiap pelukan tak harus disensor 

Sebab meninggalkan dingin, juga 

Gerimis di jalanan. Tanganmu makin 

Erat melingkar di pinggangku. Masa lalu

Dan sejarah dalam kantong-kantong plastik 

 

Aku berjalan di depan kantor wali kota 

Setelah kembang api dan suara petasan 

Mengucapkan selamat tahun baru --

Sebuah hari telah berganti baju

 

Gerimis masih turun di luar sebuah

Bank dan mesin-mesin ATM. Seseorang 

Memasukkan udara dingin ke dalam koper

Di antara secangkir kopi dan bau mentega 

 

Depok, Desember 2024

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iman Sembada

Iman Sembada

Penyair kelahiran Purwodadi, Jawa Tengah, tinggal di Depok, Jawa Barat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus