Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
M. Rifdal Ais Annafis
Teror
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti gema pelan yang sembunyi
di balik Mei
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia meminta tragedi.
Sebuah tragedi dengan lagu pendek melankoli
yang menyentuhku dengan berahi
Mei Lin, cobalah menyebutkan nama,
maka ia sebutkan sekali lagi dari balik bar yang lugu
‘Joko’ berucap ia seperti bunyi hantu
yang melawan trauma
“Di bar,” baiklah aku ceritakan kepadamu,
di bar, orang-orang mengimani setiap obsesi bercinta
maka seharusnya kau menyusun tanda”
Tidak, ia berbisik.
‘Mereka beramai-ramai, seperti bayangan riuh ajal,
dan perlahan bernyanyi
bagai orkestra laut yang menunggu aku hanyut’
Aku terdiam, seharusnya.
Dan ia menambal sunyi ruang
untuk melepas tuhan, seperti layang-layang
pada pematang
Aku bayangkan, sekali lagi, aku bayangkan
doa selalu menghibur setiap dari kita
Ia menggeleng, setengah gemas,
‘selain orang sepertiku,
yang selalu dan selalu dikalahkan rindu.’
Yogyakarta, 2024
Aghnia Tazqiah
Setelah Mandi
Pagi itu, ibu membalur tubuhku dengan
kapur barus
-Saat kita bertemu
nanti
kau tetap gadis kecil ibu-
Lalu dibalurinya tubuhku
dengan wewangian
-Ciumlah wewangian ini
Jangan terus mencium bangkai
Sakit-
2023
M. Rifdal Ais Annafis telah menerbitkan buku puisi Artefak Kota-kota di Kepala (2021). Saat ini berkegiatan di Komunitas Kutub Yogyakarta.
Aghnia Tazqiah, lahir di Cicalengka pada 2002. Sejak 2021 bergiat di ASAS (Arena Studi Apresiasi Sastra) UPI Bandung.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo