Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Mariam Safrina dan Guntur Timur Gelar Pameran Lukisan Fotorealisme di Galeri Lawangwangi

Mariam dan Guntur melukis langsung agar pengunjung pameran bisa mengetahui proses kreatif dalam metode praktik seni lukis yang mereka tekuni.

20 April 2025 | 13.28 WIB

Pameran lukisan fotorealisme berjudul On Slowness: Painting Displacement di Galeri Lawangwangi Bandung ,18 April - 16 Mei 2025. Foto: Dok.Lawangwangi.
Perbesar
Pameran lukisan fotorealisme berjudul On Slowness: Painting Displacement di Galeri Lawangwangi Bandung ,18 April - 16 Mei 2025. Foto: Dok.Lawangwangi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pelukis Mariam Sofrina dan Guntur Timur menggelar pameran kekaryaan bercorak fotorealisme di Galeri Lawangwangi Bandung. Pameran lukisan berjudul On Slowness: Painting Displacement yang dikuratori Asmudjo Jono Irianto itu berlangsung 18 April - 16 Mei 2025. “Melalui praktik melukis yang lambat sebagai konsekuensi dari teknik fotorealisme, karya-karya Mariam dan Guntur menghadirkan sebuah bentuk subversi terhadap budaya visual yang instan dan serba cepat,” kata Asmudjo lewat tulisannya di katalog pameran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Pilihan Editor: Pameran Lukisan 3 Seniman Perempuan di Bandung Ajak Pengunjung Berkontemplasi

Mariam dan Guntur Melukis Langsung Saat Pembukaan Pameran

Lukisan karya Mariam dengan aneka warna menggambarkan suatu tempat seperti kota kecil yang terkesan asri oleh pepohonan dan hutan di luar negeri. Sebuah sudut terowongan jalur kendaraan, persimpangan jalan, hutan, stasiun lawas, jalan pemukiman, dihadirkan seperti foto lewat sapuan kuas cat minyak pada kanvas berukuran mulai dari 50 x 75 hingga 98 x 288 sentimeter. Sementara Guntur melukis suasana hutan saat musim salju, taman, dan sudut permukiman dengan warna monokrom antara putih dan hitam menggunakan cat minyak pada kanvas yang umumnya berukuran 100 x 134 sentimeter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada kesan tenang dan damai pada lukisan mereka, sekaligus citra sebuah tempat yang sunyi dan mati. Indah tapi juga menyeramkan. Beberapa obyek seperti tanaman dan pepohonan misalnya cenderung beku tanpa pergerakan angin. Seakan bersepakat juga, Mariam dan Guntur menihilkan makhluk hidup lain, utamanya orang atau manusia. Mereka membangun gambaran hiperrealisme dari citra fotografis yang mengajak penonton berkelana ke suatu tempat yang hening dengan artefak teknologi manusia dan lingkungan alami.

Sejak awal, menurut Asmudjo, mereka tampaknya menyadari bahwa fokus utama pada karya lukisannya bukan pada pokok bahasan dan narasi melainkan bagaimana melukis dengan corak fotorealisme yang memakan waktu lama. Saat pembukaan pameran, Mariam dan Guntur melukis langsung di ruang galeri hingga selesai agar pengunjung  bisa mengetahui proses kreatif dalam metode praktik seni lukis yang mereka tekuni. “Di tengah budaya visual yang serba cepat, lukisan-lukisan ini memulihkan sensibilitas melalui perenungan terhadap waktu dan lukisan sebagai imaji sekaligus obyek buatan tangan,” kata Asmudjo.

Pelukis Mariam Sofrina dan Guntur Timur menggelar kekaryaan bercorak fotorealisme di Galeri Lawangwangi Bandung. Foto: Dok.Lawangwangi.

Profil Mariam Sofrina dan Guntur Timur

Mariam menuturkan pameran lukisan bersama Guntur ini menjadi fase penting dalam karyanya yang banyak mengekplorasi alam bawah sadar terhadap pemandangan yang dilukis seasli mungkin. Dia mengaku terobsesi pada persoalan teknik melukis realisme pada era lukisan klasik. “Detail yang sangat kecil itu bagaimana caranya dilukis dengan teknik yang paripurna,” kata Mariam, Jumat 18 April 2025.

Mariam Sofrina, 42 tahun, pelukis asal Bandung lulusan dari Studio Seni Lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) pada 2006. Aktif ikut berpameran sejak awal 2000-an, karyanya menggunakan pendekatan fotorealisme dan hiperrealisme. Dia pernah menjadi salah satu peserta terbaik Bandung Contemporary Art Awards 2011, juga mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Terbaik FSRD ITB, serta Juara II Ganesha Prize pada 2005.

Sementara Guntur Timur yang juga seniman serta pengajar asal Bandung, setelah lulus studi pascasarjana di Seni Rupa ITB pada 2017 melanjutkan karir sebagai pendidik seni di sekolah Vanke, Shenzhen, Cina. Dia juga pernah mengikuti program residensi di Universitas Karachi, Pakistan. Ketertarikannya pada lukisan minyak menjadi pijakan awal eksplorasi artistiknya yang kemudian berkembang ke arah pendekatan konseptual. Kekaryaannya menyoroti tema identitas dan relasi manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Direktur ArtSociates Andonowati yang menghelat pameran mengatakan telah lama mengenal Guntur dan Mariam. Namun baru kali ini karya keduanya baru bisa dipamerkan bersama dengan penataan karya seperti di museum seni rupa. “Setelah penantian bertahun-tahun karena proses berkarya mereka paling lama,” katanya. Pameran akan berlangsung hingga 16 Mei 2025.

Anwar Siswadi (Kontributor)

Kontributor Tempo di Bandung

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus