Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
W. Haryanto
Golfried Von Faber
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
kita menyisih ke buritan, menyebut
letak pada kanal, kita cerai dari kawanan
jauh ke timur, menumpang laut April
di ekor pulau Jawa, kita mengubah nama
barangkali, karena di Berlin
tak ada lagi defile dan angan-angan merah darah
bulan rubuh di ceruk Spree
kita mungkin melupakan yang tersirat
dalam syair, kita melihat udara, tapi tak ada warna
di sana, kita memutar kincir
kita telah cerai dari kawanan, ke timur jauh
di pelabuhan Semarang, kita buka
halaman buku baru, syair-syair dan perahu-perahu kecil
yang pulang saat magrib
Eva, kita sudah jauh dari Berlin
*) Golfried Von Faber, pendiri Stedelijk Historisch Museum Soerabaia pada 1933, sekarang Museum Negeri Mpu Tantular.
Citra D. Vresti Trisna
Penerbangan Rüppell dan Kematian Azawakh
/I/
Tak pernah datang pada waktu yang salah
Jalan tirakatmu menunggu bau mati
Melancong ke langit
Lehermu yang telanjang menerima getar
Sirine kematian yang datang lebih cepat
Dari aroma bangkai menguar
Untuk kematian yang lindang kau berteriak
Memanggil asal mula segala sesuatu, lalu
Menukik jatuh dan terbang melintas tandus
/II/
Angin kering berembus ke tanah
Kerikil sepanas bara mengeringkan sisa hujan
Di sepanjang sungai. Sahara hanya meniup panas ke sepetak siang yang kehausan
Bila seekor Azawakh kehausan, sakit lalu mati
Pertanda alarm musim muson berdering kencang
Dataran Sahel akan menyanyikan lagu kering
Dataran Sahel akan menyanyikan lagu mati
/III/
Setahuku kau tak pernah terlihat sedikit bersabar
Di hadapan daging merah laparmu terbit
Kau selalu bilang, “bangkai harus diantar
Ke tempat yang pantas dan semestinya.”
Sebuah ruangan yang bebas dari kalkulasi
Hitungan untung-rugi
Itulah mengapa kau terlihat asyik
Menelan setiap potongan daging Azawakh
Yang liat dan membaginya pada kerumun
Penerbangan-penerbangan lain
Yang sama-sama ingin menyempurnakan mati
/IV/
Apa seperti ini jalan cintamu?
Penerbangan Rüppell
Dari neraka tak bernama turun ke langit
Penerbangan Rüppell
Ke dahan-dahan rendah
Sampai pada kematian
Yang seharusnya
Telah paripurna penerbangan Rüppell
Ke arah daging berserat
Telah rampung upacara Rüppell
Mengabdikan diri di tiap mati
Bogor, 2024
W. Haryanto, penulis puisi dan naskah drama, juga sutradara teater. Ia telah menerbitkan sejumlah buku puisi, terbaru Taman Dusta Siwalanpanji (2018). Aktif di Forum Literasi Gebang Putih Surabaya dan bekerja sebagai anggota staf di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur.
Citra D. Vresti Trisna, lahir di Surabaya. Kini tinggal di Jakarta dan bekerja sebagai jurnalis. Ia menulis puisi, cerpen, dan esai. Kumpulan kolomnya terangkum dalam buku Catatan Masyarakat Goa.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo