Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Puisi W. Haryanto dan Citra D. Vresti Trisna

W. Haryanto tinggal di Surbaya dan Citra D. Vresti Trisna berdomisili di Jakarta.

18 Februari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

W. Haryanto

Golfried Von Faber

  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

kita menyisih ke buritan, menyebut

            letak pada kanal, kita cerai dari kawanan

jauh ke timur, menumpang laut April 

           di ekor pulau Jawa, kita mengubah nama 

barangkali, karena di Berlin

            tak ada lagi defile dan angan-angan merah darah  

bulan rubuh di ceruk Spree

            kita mungkin melupakan yang tersirat

dalam syair, kita melihat udara, tapi tak ada warna 

            di sana, kita memutar kincir

 

kita telah cerai dari kawanan, ke timur jauh

           di pelabuhan Semarang, kita buka

halaman buku baru, syair-syair dan perahu-perahu kecil

           yang pulang saat magrib

Eva, kita sudah jauh dari Berlin

*) Golfried Von Faber, pendiri Stedelijk Historisch Museum Soerabaia pada 1933, sekarang Museum Negeri Mpu Tantular. 

Citra D. Vresti Trisna

Penerbangan Rüppell dan Kematian Azawakh

 

/I/

Tak pernah datang pada waktu yang salah

Jalan tirakatmu menunggu bau mati

Melancong ke langit

 

Lehermu yang telanjang menerima getar

Sirine kematian yang datang lebih cepat 

Dari aroma bangkai menguar

 

Untuk kematian yang lindang kau berteriak

Memanggil asal mula segala sesuatu, lalu

Menukik jatuh dan terbang melintas tandus 

 

/II/

Angin kering berembus ke tanah

Kerikil sepanas bara mengeringkan sisa hujan 

Di sepanjang sungai. Sahara hanya meniup panas ke sepetak siang yang kehausan

 

Bila seekor Azawakh kehausan, sakit lalu mati

Pertanda alarm musim muson berdering kencang

Dataran Sahel akan menyanyikan lagu kering

Dataran Sahel akan menyanyikan lagu mati

 

/III/

Setahuku kau tak pernah terlihat sedikit bersabar 

Di hadapan daging merah laparmu terbit

 

Kau selalu bilang, “bangkai harus diantar 

Ke tempat yang pantas dan semestinya.”

Sebuah ruangan yang bebas dari kalkulasi

Hitungan untung-rugi

 

Itulah mengapa kau terlihat asyik 

Menelan setiap potongan daging Azawakh 

Yang liat dan membaginya pada kerumun

Penerbangan-penerbangan lain 

Yang sama-sama ingin menyempurnakan mati

 

/IV/

Apa seperti ini jalan cintamu?

Penerbangan Rüppell

Dari neraka tak bernama turun ke langit

Penerbangan Rüppell

Ke dahan-dahan rendah

Sampai pada kematian 

Yang seharusnya

 

Telah paripurna penerbangan Rüppell

Ke arah daging berserat

Telah rampung upacara Rüppell

Mengabdikan diri di tiap mati

 

 

Bogor, 2024

W. Haryanto, penulis puisi dan naskah drama, juga sutradara teater. Ia telah menerbitkan sejumlah buku puisi, terbaru Taman Dusta Siwalanpanji (2018). Aktif di Forum Literasi Gebang Putih Surabaya dan bekerja sebagai anggota staf di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur.  

Citra D. Vresti Trisna, lahir di Surabaya. Kini tinggal di Jakarta dan bekerja sebagai jurnalis. Ia menulis puisi, cerpen, dan esai. Kumpulan kolomnya terangkum dalam buku Catatan Masyarakat Goa.  

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus