Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peserta Kemah Tari menampilkan karya berjudul Industrial Water dan Sentrafugal di Institut Français Indonésie (IFI) Bandung, Sabtu 27 Juli 2024. Inspirasi temanya berasal dari masalah hubungan dua kota dan kondisi lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Program gelaran Sasikirana KoreoLAB & Dance Camp itu menggagas tentang tiga elemen utama dalam tari yaitu energi, ruang, dan waktu sebagai respons atas keragaman riset artistik seniman muda pertunjukan yang berangkat dari dokumen arsip, artefak sejarah, warisan kebiasaan, dan kesadaran atas politik ruang. “Fenomena tersebut menunjukkan bahwa tubuh berpeluang mengolah dan menghasilkan energi untuk menguasai ruang dalam kurun waktu tertentu,” kata Keni K. Soeriaatmadja, Direktur Dayaloka Tari Sasikirana lewat keterangan tertulis.
20 Orang Dapat Pelatihan Tari dan Dramaturgi dari Seniman Tari asal Jerman
Sasikirana menyaring 20 orang seniman tari muda lewat Kemah Tari 2024 untuk mendapatkan pelatihan tari intensif dari mentor seniman tari profesional Thusnelda Mercy dan Pascal Merighi dari Jerman serta dramaturg Joned Suryatmoko. Berlangsung selama sepekan dari 21-27 Juli 2024, para peserta berlatih di Bumi Pancasona Sport Club, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tarian berjudul Sentrafugal karya Ayu Permata Sari serta Yori Papilaya. (Dok.Sasikirana).
Menurut Keni, Kemah Tari bertujuan untuk memetakan keragaman potensi tari sekaligus menjaring bibit-bibit penciptaan karya tari kontemporer yang memiliki kesadaran terhadap situasi sosio-kultural, geopolitik, dan partikularitas praktik tari di beragam daerah di Indonesia. “Kami berharap program-program tahun ini akan melahirkan berbagai bukaan yang menggugah terjadinya produksi pengetahuan-pengetahuan baru,” ujarnya.
Relasi Air dan Tubuh Manusia
Eksperimen yang diujicobakan selama pelatihan Kemah Tari yaitu karya Melynda Adriani dari Gelanggang Olah Rasa serta Ayu Permata Sari dan Yori Papilaya dari Rakarsa Foundation. Sebanyak 20 penari terpilih itu bereksperimen menarikan Industrial Water karya Melynda Adriani dan Sentrifugal ciptaan Ayu Permata Sari bersama Yori Papilaya.
Industrial Water berangkat dari hasil riset dan pengamatan Melynda Adriani dan Gelanggang Olah Rasa (GOR) terhadap sungai, air, dan listrik. Melynda juga melihat relasi antara tubuh sungai yang berada cukup dekat dengan industri, namun kian berjarak dengan tubuh manusia.
Adapun Sentrifugal membahas relasi dan interaksi canggung antara dua kota dengan menggunakan pendekatan yang berasal dari pengamatan sensori dan material. Karya kolaboratif antara Ayu Permata Sari dan Yori Papilaya ini mencoba menawarkan impresi interaksi antara tubuh dan tubuh, tubuh dan benda, tubuh dan benda serta ruang kosong. Program itu didukung oleh Dana Indonesiana melalui Kemendikbudristek RI dan LPDP, serta bekerja sama dengan Goethe Institut Indonesien, Institut Français Indonésie, Bumi Pancasona Kota Baru Parahyangan dan Dailah Sajian Nusantara.