Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Film horor sadis The Substance tayang di bioskop Indonesia mulai pekan ini.
The Substance berhasil memenangi penghargaan Skenario Terbaik dalam Festival Film Cannes 2024.
Aktris Demi Moore sukses mencuri perhatian di usia 61 tahun.
BAGI selebritas, eksistensi adalah kunci. Beragam cara akan selalu digunakan artis agar tetap populer. Itulah fakta yang diangkat oleh sutradara asal Prancis, Coralie Fargeat, dalam film terbarunya The Substance yang pertama kali tayang pada 19 Mei lalu di Festival Film Cannes 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tentu tak mudah merilis film di panggung semegah dan setinggi Festival Film Cannes. Namun Fargeat dan The Substance mampu menjawab tantangan dengan sempurna. Film berdurasi 141 menit itu sukses memenangi penghargaan Skenario Terbaik dalam Festival Film Cannes ke-77.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Film produksi Working Title Films ini bercerita tentang seorang selebritas perempuan bernama Elisabeth Sparkle yang terombang-ambing rasa gelisah memikirkan karier keartisannya. Memasuki usia 50 tahun, Elisabeth, yang diperankan oleh Demi Moore, mulai ditinggalkan.
Ia dipecat dari posisi pemandu acara aerobik populer di sebuah stasiun televisi. Sang produser stasiun televisi menganggap Elisabeth sudah tidak menarik. Layaknya barang, ia dianggap sudah usang dan saatnya diganti dengan artis baru.
Hati Elisabeth makin hancur ketika melihat foto wajahnya diturunkan dari papan iklan besar di jalanan. Padahal selama puluhan tahun wajah cantiknyalah yang terpasang di baliho-baliho itu. Singkat cerita, Elisabeth mengalami kecelakaan mobil dan harus menjalani perawatan ringan di rumah sakit.
Dari perawat rumah sakit ia mendapat iklan aneh dari perusahaan kesehatan yang mencurigakan. Mereka mengklaim telah mengembangkan sebuah serum ajaib yang bisa meregenerasi tubuh yang tua menjadi muda lagi. Tanpa pikir panjang, Elisabeth menyetujui penawaran tersebut.
Adegan dalam film The Substance.
Rupanya, serum tersebut membuat tubuh seseorang bisa mengeluarkan kloning yang lebih muda dari dalam punggung. Nyawa Elisabeth kini punya dua tubuh, yakni tubuh aslinya yang nan renta dan satu lagi tubuh kloning baru yang masih muda. Nyawa Elisabeth harus pintar-pintar berpindah dari tubuh asli ke tubuh kloning sesuai dengan aturan.
Semula rencana berjalan lancar, tapi perlahan menjadi runyam ketika tubuh kloning yang molek menginginkan kehidupan Elisabeth Sparkle sebagai pemeran utama. Hingga akhirnya kehancuran luar biasa terjadi ketika tubuh yang palsu ingin menggantikan tubuh asli.
Ya, penghargaan Skenario Terbaik dalam Festival Film Cannes sangat layak mendarat di tangan Coralie Fargeat. Cerita yang unik nan menarik serta dalamnya pesan dan sindiran dalam kehidupan nyata sangat layak diacungi jempol.
Fargeat mampu memberikan tamparan menohok lewat sindirannya tentang kesibukan orang-orang merawat eksistensi yang tak berkesudahan. Demi menjaga eksistensi, manusia zaman sekarang tak ragu lagi melewati batasan dan norma. Selain itu, Fargeat berjaya menyentil dunia industri hiburan yang seakan-akan tak ada habisnya mematok standar kecantikan.
Rupanya sutradara 48 tahun itu ikut merasakan kegelisahan perihal eksistensi di usia senja. Fargeat merasa sudah mencapai usia ketika ia dan tubuhnya tak lagi menarik bagi orang lain.
"Kekerasan dari pikiran-pikiran itu begitu kuat sehingga saya harus melakukan sesuatu tentangnya. Jika tidak, pikiran-pikiran itu akan benar-benar merusak dan menghancurkan saya," kata sutradara film Revenge (2017) itu, seperti dikutip dari Hollywood Reporter.
Cerita fiktif ini makin mencengangkan karena Fargeat memilih tema horor gore dan ketubuhan sebagai genre film ini. Ya, adegan mengerikan tentang tubuh, dari munculnya tubuh kloning dengan merobek kulit punggung sampai ceceran darah di mana-mana, sukses merontokkan nyali penonton.
Bahkan bisa dibilang The Substance berhasil memacu rasa jijik sampai batas maksimal. Sebagai pembanding, film ini berada di tingkat yang sama dengan flm horor gore kondang seperti Tusk (2014), The Human Centipede (2009), dan A Serbian Movie (2010).
Selain skenario dan cerita yang ciamik, penggarapan efek visual serta penggunaan prostesis dalam adegan gore The Substance layak mendapatkan kredit positif. Bagaimana tidak, film ini berhasil membuat penonton merinding lewat tayangan cipratan darah sampai kengerian monster kloning gagal yang rontok setiap bagian tubuhnya di akhir film.
Margaret Qualley dalam film The Substance.
Keberhasilan Fargeat menggarap film horor gore bertema ketubuhan memang layak mendapatkan apresiasi. Sebab, selama ini film-film serupa hampir selalu digarap oleh sutradara pria.
Fargeat menyebutkan keberhasilan menggarap film horor ketubuhan bisa menjadi penghargaan yang memuaskan untuk sutradara perempuan. Belum lagi pembuat film bergenre horor ketubuhan sering dianggap sebelah mata oleh masyarakat dan dunia film di Prancis.
Tantangan lain muncul ketika Fargeat menerapkan penggunaan prostesis sebagai bagian dari elemen horor. Menurut dia, penggunaan prostesis sebagai aksesori film sangat menyita waktu. Selain itu, dibutuhkan ketelitian saat menerapkan bagian-bagian horor di tubuh dengan benar demi mengejar hasil realistis.
Selain Fargeat, aktris Demi Moore layak mendapatkan sanjungan. Ia mampu menampilkan sosok Elisabeth Sparkle dengan sempurna. Moore bisa memunculkan kekhawatiran lewat ekspresi wajah yang kuat meski dengan dialog terbatas. Aktris 61 tahun itu juga berakting dalam adegan telanjang yang menjadi inti cerita The Substance.
Moore merasa tertantang memerankan tokoh utama dalam film horor rumit ini. Dia tak setuju film ini dianggap terlalu feminin karena menggambarkan secara gamblang tubuh perempuan.
"Saya rasa film ini dapat diterima oleh semua orang sebagai manusia karena esensinya adalah ada perasaan dibuang, diabaikan, ditambah kurangnya apresiasi terhadap diri sendiri," ujar Moore.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo