Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Seorang Mujadid dalam Empat Jilid

Referensi yang menggambarkan secara lengkap bagaimana Cak Nur menyikapi isu-isu keislaman yang terjadi di dunia modern, khususnya di Indonesia.

26 Februari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ensiklopedi Nurcholish Madjid Pemikiran Islam di Kanvas Peradaban Penyunting: Budhy Munawar-Rachman Penerbit: Mizan, Jakarta Halaman: cclxxxviii + 3741 Cetakan I: September 2006

Inilah karya unik tentang pemikiran seorang pembaharu Islam kontemporer Indonesia abad XX: Nurcholish Madjid (1939–2005). Ya, ensiklopedi Cak Nur. Tak ada karya sejenis di Indonesia, mungkin juga di Asia Tenggara, bahkan di dunia Islam.

Karya monumental ini menghidangkan samudra pemikiran Cak Nur, hasil kerja intelektualnya selama 17 tahun di Paramadina. Buku ini tidak ditulis oleh Cak Nur sendirian, namun lahir berkat kepiawaian tangan dingin sang penyunting: Budhy Munawar-Rachman, muridnya.

Pemikiran Cak Nur terbentang dalam sebagian besar konsep yang ia paparkan, dan karenanya harus dikaitkan satu sama lain agar mendapatkan semua dinamika dan koherensi. Budhy sangat berjasa menyatukan pemikiran Cak Nur yang berserakan itu. Dengan lentur ia memindai semua pemikiran Cak Nur yang dihimpun dari perkuliahannya—baik dalam bentuk catatan, rekaman kaset, diktat, maupun makalah. Hasilnya: pemikiran Cak Nur tersaji utuh, sistematis, komprehensif, dan kodifikatif. Diharapkan, penerbitan ensiklopedi pemikiran ini mendorong lahirnya pemahaman, pencerahan, dan inspirasi dari oase pemikiran Cak Nur.

Memang, di dunia Arab-Islam, terutama di Mesir, kita dapat menjumpai karya serupa, tetapi bukan dalam bentuk ensiklopedi. Dr. Muhammad ’Imârah, sebagai contoh, membuat karya lengkap pemikir Islam Muhammad ’Abduh, Rifâ’ah Râfi’ Tahtâwi, Jamâluddîn al-Afghânî, Qâsim Amîn, ’Alî Mubârak, dan ’Abdurrahmân al-Kawâkibî. Namun, Imârah tidak membuat entri-entri seperti ensiklopedi sebagaimana dilakukan Budhy. Ia hanya mengumpulkan semua tulisan sang tokoh layaknya suntingan buku.

Kendati demikian, tak tepat jika kita menilai ensiklopedi Cak Nur dengan standar ensiklopedi pada umumnya, dengan pemilihan entri yang sangat ketat, dan ditulis oleh pakar dalam bidangnya masing-masing. Ensiklopedi Nurcholish Madjid juga tidak sama dengan Ensiklopedi Islam (cetakan E.J. Brill), suntingan para orientalis terkemuka dunia yang terbit dalam bahasa Prancis, Jerman, dan Inggris, atau Ensiklopedi Islam versi Indonesia (cetakan Ichtiar Baru Van Hoeve atau IAIN Jakarta). Ensiklopedi di sini hanya menunjukkan adanya pemikiran Cak Nur yang cukup lengkap, meliputi banyak isu, dan sangat komprehensif.

Dalam empat jilid ensiklopedi, Cak Nur menyikapi isu-isu keislaman yang terjadi di dunia modern, khususnya di Indonesia. Ada enam senarai noktah pemikiran Cak Nur yang merupakan hasil ijtihadnya dalam melawan ide-ide teokrasi, mempromosikan demokrasi, keadilan gender, pluralisme, kebebasan berpikir, dan mempercayai kemajuan sebagai cara terbaik buat perkembangan kemanusiaan. Ia juga mengkritik paham apologetik, legalisme, sektarianisme, dan tradisionalisme yang mewarnai pemikiran modern Islam.

Neosufisme dan neomodernisme menjadi pokok pemikiran keagamaan Cak Nur dalam ensiklopedi ini. Dengan kedua pendekatan ini, Cak Nur mengolah tiga gagasan besarnya: keislaman, kemodernan, dan keindonesiaan. Sesungguhnya, Cak Nur tengah berupaya mencari pijakan dasar dalam Islam untuk mendapatkan keabsahan bagi umat Islam untuk memasuki dunia modern. Apa yang dilakukan Cak Nur ialah memberi tanggapan positif terhadap modernisasi seraya tetap berdiri di atas altar iman kepada Tuhan.

Neosufisme merupakan pembaruan terhadap tasawuf populer yang cenderung terjerembab ke dalam bentuk pertapaan dan pemujaan individu. Inti neosufisme, menurut Cak Nur, adalah merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup di mana pun dan kapan pun (rabbâni) yang mewujud dalam etika sebagai pusat keislaman. Dengan itu, neosufisme mengajarkan sikap positif terhadap dunia: berjibaku dengan masalah-masalah kekinian di dunia; masuk dalam kancah zaman, serta turut berperan aktif dalam memecahkan persoalan umat dan bangsa.

Neomodernisme adalah perkembangan modernisme Islam yang mengawinkan kesarjanaan Islam klasik dengan metode-metode analitis modern (Barat). Dengan neomodernisme, Cak Nur berupaya menggali weltanschauung Al-Quran, lalu mengambil darinya suatu etika Al-Quran sambil kemudian berupaya melakukan pembaruan hukum untuk membentuk masyarakat yang bermoral. Harapannya, umat Islam tidak lagi canggung terhadap dunia modern. Di mata Cak Nur, masalah besar umat Islam adalah minder dan gamang terhadap modernitas dan takut menerima kemajuan Barat. Dengan neomodernisme ini umat Islam bisa menyambut modernitas dan bergumul di dalamnya dengan asas keyakinan agama yang mendalam sebagai bentuk amal ibadah dan tanggung jawab hamba Allah di muka bumi.

Bersandar pada dua pendekatan itu, Cak Nur berharap dapat menghadirkan Islam sebagai agama kemanusiaan berdasarkan ajarannya yang universal dan kosmopolitan. Cak Nur ingin membentuk sebuah masyarakat idaman demi terwujudnya ”angan-angan” masyarakat Qurani, masyarakat berakhlak berdasarkan nilai-nilai Al-Quran seperti keadilan, persamaan, dan sikap saling menghargai.

Untuk itu, Cak Nur berusaha menyuguhkan sosok Islam paripurna dari masa klasik yang penuh dengan sikap dan nilai universal, kosmopolitan, plural, dan inklusif. Ia ingin menampilkan Islam yang demokratis dan berkeadilan sosial. Cak Nur mengambil masyarakat Madinah sebagai contoh ideal, yaitu sebuah masyarakat beradab yang penuh dengan sikap partisipatif, terbuka, majemuk, dan saling menghormati.

Pemikiran Cak Nur membawa tugas suci: menggabungkan cita-cita liberal progresif dengan keimanan yang saleh di bawah terang semangat pencarian agamis. Dengan pendekatan keagamaan yang ia sajikan, umat Islam mendapat modal psikologis untuk terlibat aktif dalam kemodernan dan keindonesiaan. Cak Nur mendambakan wajah Islam Indonesia yang penuh kelapangan, keramahan, keterbukaan, dan saling menghormati.

Ayang Utriza NWAY, Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan, Universitas Paramadina

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus