Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kabar duka datang dari tokoh sastra Indonesia, Umbu Landu Paranggi. Penyair yang dijuluki sebagai Presiden Malioboro sekaligus guru bagi Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara, Denpasar, pukul 03.55 WITA, Selasa dini hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Umbu Landu Paranggi adalah seniman Indonesia yang sering disebut sebagai tokoh misterius dalam dunia sastra Indonesia sejak 1960-an. Cak Nun menuturkan bahwa kesempatan bertatap muka dengan Umbu merupakan momen yang langka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam esainya di Caknun.com yang ditayangkan empat jam lalu, Emha Ainun Nadjib menulis bahwa Umbu Landu Paranggi adalah satu-satunya orang di muka bumi yang secara resmi ia akui sebagai guru.
Dalam tulisan berjudul Mi'raj Sang Guru Tadabbur itu, Cak Nun mengatakan Umbu Landu Paranggi meninggal dalam keadaaan berpuasa. Sebelum dilarikan ke ICU RS Bali Mandara, Umbu sudah tidak makan apapun selama tiga hari.
Emha mengatakan sosok Umbu-lah yang berjasa besar dalam proses pematangan hidupnya pada masa remaja di tahun 1970-an. Bagi Cak Nun, Umbu bukanlah sekedar penyair. "Bahkan Umbu tidak pernah menerbitkan satu buku pun kumpulan puisi," tulis Emha.
Umbu, kata Cak Nun bukanlah penyair sebagaimana Chairil Anwar, Rendra, Sutardji Calzoum bachri atau Taufiq Ismail.
Dari Umbu, Emha belajar tentang kehidupan puisi dan bukan puisi kehidupan. Karena kehidupan ini sendiri adalah puisi. "Semua ciptaan Allah adalah puisi. Adalah poetika. Adalah inti keindahan. Bahkan seluruh isi Kitab Suci adalah puisi" tulis Emha.
Emha menyebut Umbu sebagai guru tadabbur. Umbu adalah manusia hati. Bukan manusia akal pikiran yang rewel dan ruwet atau bahkan meruwet-ruwetkan diri.
Selain guru Cak Nun, Umbu juga menjadi guru bagi penyair muda lainnya seperti Eko Tunas, Linus Suryadi AG, Iman Budhi Santoso. Beliau juga pernah dipercaya mengasuh rubrik puisi dan sasatra di Pelopor Yogya, dan rubrik Apresiasi di Bali Post.
Pada 1970an, Umbu Landu Paranggi membentuk Persada Studi Klub, yang merupakan komunitas penyair, sastrawan, seniman di Malioboro, Yogyakarta. Ia pun dikenal sebagai Presiden Malioboro. Persada Studi Klub ini menjadi tempat belajar sastrawan-sastrawan Indonesia.
Dikutip dari buku 'Tonggal Antologi Puisi Indonesia Modern', Umbu Landu Paranggi lahir pada 10 Agustus 1943 di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Umbu mulai berkiprah di kesastraan Indonesia sejak tahun 1960-an ketika masih duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Umbu menghabiskan masa produktifnya, di Yogyakarta. Melalui puisi Solitude, Percakapan Selat, dan Melodia, Umbu menggambarkan sastra Yogya sebagai nostalgik, romantik, dan nyinyir.
Umbu Landu Paranggi telah mendedikasikan hidupnya untuk mengembangkan apresiasi terhadap sastra, terutama puisi dikalangan generasi muda dan masayarakat luas.
WINDA OKTAVIA