Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Berita Tempo Plus

Mencairkan Cat Air

Pameran lukisan media cat air internasional digelar di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat. Diharapkan bisa menambah daya tarik masyarakat seni Tanah Air terhadap lukisan cat air. Pengerjaan yang rumit membuat minat karya cat air lebih kecil dibanding media lain, seperti cat minyak, akrilik, sampai pensil dan arang.

11 Desember 2022 | 00.00 WIB

Pendiri International Watercolor Society (IWS) Indonesia Agus Budiyanto (kiri) berpose di atas karyanya berjudul Melayang di Galeri Nasional Indonesia, 23 November 2022. TEMPO/Indra Wijaya
Perbesar
Pendiri International Watercolor Society (IWS) Indonesia Agus Budiyanto (kiri) berpose di atas karyanya berjudul Melayang di Galeri Nasional Indonesia, 23 November 2022. TEMPO/Indra Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

JAKARTA — Delapan gulung kertas berberat matrix 300 gram per meter persegi (GSM) dibutuhkan Agus Budiyanto untuk menutup lantai satu ruang pameran di Gedung B Galeri Nasional Indonesia. Berbekal kertas itu, Agus membuat lukisan yang berukuran 6 x 8 meter. Karya seni rupa itu ia tempel di lantai sehingga sekilas mirip karpet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Lukisan tersebut menggambarkan pulau-pulau kecil yang ditengok dari atas pesawat yang tengah terbang. Lengkap dengan birunya air laut dan garis-garis putih mirip gelombang dan ombak di pantai. Memanfaatkan senar bening, Agus menggantung gumpalan-gumpalan dakron atau isi bantal dan guling membentuk awan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dia menata mega buatannya itu sedemikian rupa seperti memayungi gugusan pulau di bawahnya. Awan-awan dakron itu digantung dengan jarak sekitar 1 meter dari lantai. Agus membutuhkan 30 kilogram dakron untuk membuatnya.

Di atas awan, Agus memasang 11 hiasan berbentuk bendera merah putih. Liwa berkibar ditiup angin di atas mega. Pemasangan belasan bohlam LED berkelir kuning makin menyempurnakan instalasi karya Agus. Sorot lampu membuat sang merah putih lebih berkilau, sekaligus menjadikan gambar pulau di lantai terlihat seperti mendung karena tertutup dakron. Agus memberi judul Melayang pada seni instalasi tersebut.

Sejumlah pengunjung menghadiri pembukaan The 4th IWS Indonesia International Competition & Exhibition 2022, di Galeri Nasional Indonesia, 23 November 2022. TEMPO/Indra Wijaya

Agus terinspirasi dari pengalamannya beberapa kali naik pesawat. Faktanya, jika melihat sekilas karya instalasi Melayang, Anda seperti sedang menengok keluar dari jendela pesawat yang tengah terbang. 

Menariknya, Agus membuat karya instalasi tersebut menggunakan media cat air. Dia memang pelukis spesialis cat air. Lewat karya Melayang, Agus ingin mendobrak pakem lama tentang lukisan cat air. Menurut dia, cat air selama ini dianggap hanya bisa dilukis di atas kertas berukuran tak lebih dari 1 x 1 meter. 

"Cat air bisa menjadi seni instalasi tergantung senimannya, bukan medianya. Ini bukti bahwa cat air bisa masuk ke ranah kontemporer," kata Agus, 62 tahun, kepada Tempo, Rabu dua pekan lalu. 

Karya instalasi Agus merupakan bagian dari pameran The 4th International Watercolor Exhibition yang digelar oleh International Watercolor Society (IWS) Indonesia. Agus merupakan pendiri IWS Indonesia. Total ada 176 karya seni lukis cat air dari 31 negara yang dipamerkan di Gedung B dan D Galeri Nasional Indonesia. 

Sebelum dipamerkan, karya-karya tersebut lebih dulu dilombakan dalam sejumlah kategori. Sebagai contoh, kategori lukisan figuratif dan non-figuratif. Seluruh karya yang dilombakan harus mengambil tema wonderful Indonesia.

Lukisan berjudul Abundant Blessing karya Danni Liu asal Australia yang menjadi juara pertama kategori figuratif The 4th IWS Indonesia International Competition & Exhibition 2022. TEMPO/Indra Wijaya

Hasilnya, terdapat sejumlah lukisan dari seniman lintas negara yang dinobatkan sebagai pemenang dan berhak atas sejumlah hadiah. Salah satu karya yang menang adalah lukisan berjudul Abundant Blessing karya Danni Liu dari Australia. Gambaran tersebut menjadi juara pertama kategori figuratif. 

Lukisan Danni Liu menggambarkan seorang anak perempuan berkemben Bali dengan bunga kamboja putih tersemat di telinga kanan. Sekilas, jika dilihat dari jarak sekitar 2 meter, karya seni gambar ini tak ubahnya foto berukuran 56 x 38 sentimeter. 

Ada juga lukisan berjudul Mastery karya Luan Qoach dari Kanada yang menjadi juara kedua kategori figuratif. Qoach melukis seorang pria berpakaian khas Nusa Tenggara Timur memainkan sebilah parang. Di belakangnya, terbentang lukisan kepala komodo dengan lidah menjulur. 

Sementara itu, untuk juara ketiga kategori figuratif, ada Memories of Bali karya Lew Min Seong dari Malaysia. Lukisan berukuran 38 x 56 sentimeter itu menggambarkan pura di Bali lengkap dengan keramaian pengunjung. Lew Min Seong memainkan kelir abu-abu untuk mewarnai lantai dan bangunan pura yang terbuat dari batu.

Lukisan berjudul Memories of Bali karya Lew Min Seong dari Malaysia menjadi juara ketiga kategori figuratif dalam The 4th IWS Indonesia International Competition & Exhibition 2022. TEMPO/Indra Wijaya

Kurator pameran Efix Mulyadi mengatakan, secara garis besar, seluruh karya lukis cat air yang ditampilkan di Galeri Nasional punya kualitas tinggi. Efix tidak termasuk dalam juri yang menilai lukisan-lukisan tersebut. "Tapi para juara memang karyanya luar biasa. Lewat pandangan pertama saja sudah dapat rasanya," kata Efix ketika ditemui Tempo di Galeri Nasional Indonesia, Rabu dua pekan lalu. 

Menurut dia, pameran ini ibarat oasis di hamparan gurun pasir. Sebab, seni lukis dengan media cat air masih sangat minim penggunaannya di Tanah Air. Berbeda dengan lukisan cat minyak dan akrilik, pameran lukisan cat air hampir tak ada.

Efix bahkan menyebutkan lukisan dengan media cat air cenderung dianaktirikan. Sebab, sebagian besar pelaku dan penikmat seni lukis lebih suka dengan hasil cat minyak dan akrilik yang menyala serta mencolok. Berbeda dengan lukisan cat air yang hasil pewarnaannya cenderung halus. "Lukisan dengan media kanvas dianggap lebih bergengsi dibanding lukisan kertas dan cat air. Padahal sejatinya lukisan kertas cat air ini lebih awet jika disimpan," katanya. 

Dia menduga ego dari seniman lukis ikut mempengaruhi rendahnya minat terhadap lukisan cat air. Padahal, Efix melanjutkan, melukis dengan cat air punya tantangan yang lebih susah ketimbang cat minyak atau akrilik. Berbeda dengan cat minyak atau akrilik yang bisa makin cemerlang jika sapuan kuas dibuat menumpuk, cat air hanya bisa digoreskan ke kertas sekali. Jika menumpuk goresan cat air, hasilnya akan rusak. "Belum lagi lukisan bisa buyar jika terlalu sering menyapu kuas ke kertas. Risiko rusaknya lebih besar," kata dia. "Tapi, kalau lukisannya sukses, hasilnya bisa lebih jernih dari cat minyak."

Karena itu, Efix berharap lebih banyak seniman menggelar pameran lukisan cat air demi membuka lebih lebar wawasan masyarakat seni di Indonesia. Jangan ada anggapan lukisan yang indah hanyalah yang dibuat dari cat minyak atau akrilik. 

Segendang sepenarian, Agus Budiyanto optimistis bisa menggelar kompetisi dan pameran secara rutin. Buktinya, sejak didirikan pada 2014, IWS Indonesia kerap membuat ekshibisi lukisan cat air tahunan. Media sosial yang makin berkembang juga dimanfaatkan Agus dan koleganya untuk memperluas informasi tentang melukis dengan media cat air. 

Soal kesulitan melukis dengan cat air, Agus justru menganggap hal tersebut sebagai ciri khas yang menarik dari penggunaan cat air sebagai media lukis. Kesan sulit justru membuktikan bahwa sejumlah seniman belum mampu melampaui tantangan dari cat air. "Keunikan melukis dengan cat air itu membuat lukisan tidak bisa dipalsukan. Jangankan dipalsukan, pelukisnya bikin yang kedua saja belum tentu berhasil," ujarnya. "Di sini letak orisinalitasnya."

Pameran lukisan cat air The 4th International Watercolor Exhibition bisa dinikmati di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, hingga 20 Desember mendatang. Pameran tersebut terbagi di dua tempat, yakni di Gedung B dan D Galeri Nasional Indonesia. 

INDRA WIJAYA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Indra Wijaya

Indra Wijaya

Bekarier di Tempo sejak 2011. Alumni Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini menulis isu politik, pertahan dan keamanan, olahraga hingga gaya hidup.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus