Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa penanda prestasi seorang atlet? Bagi lifter Sandow Waldemar Nasution, medali dan piala saja tidak cukup. Tiap kali menang dalam sebuah kejuaraan angkat besi, ia menorehkan rajah baru di tubuhnya. Itu pula yang ia lakukan setelah merebut medali emas kelas 77 kilogram dalam Sea Games di Nakhon Ratchasima, Thailand.
Rajah itu melingkar dari bahu kanan ke bahu kiri seperti kalung. Bertulisan namanya sendiri dalam aksara Thailand. ”Biasa begitu, setiap kali menang,” katanya. Ini tato yang kelima. Di leher belakangnya ada rajah bermotif tribal, lengan kiri bergambar naga dengan latar belakang awan dan burung phoenix, lengan kanan berlatar belakang api, dan di bagian dalam lengan kanan bergambar kulit sobek memperlihatkan serat otot.
Selain dirajah, sekujur wajah Sandow juga dipenuhi tindik. Ia memiliki tindik di alis kiri, bibir kanan, lidah, dan telinga. Terakhir, ketika berlibur di Bandung, ia memperbesar lubang di telinga kirinya dari 10 milimeter menjadi 12 milimeter.
Penampilan pria berotot ini jadi bertambah seram. Padahal Sandow anak mami yang manis. Ia selalu melapor kepada ibu dan pacarnya tiap kali membuat tato baru. ”Biar lebih pede dan beda dengan yang lain,” katanya tentang hobi nyeleneh itu.
Kini ia menyimpan rencana membuat tato di punggung bergambar dirinya sedang mengangkat barbel. Kapan? Bila menang Olimpiade Beijing 2008. Kalau begitu, ya, harus menang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo