Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DALAM empat bulan terakhir, Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Yunus Husein makin sering kerja lembur. Kesibukan meningkat sejak ia diangkat pula menjadi salah satu anggota Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum. Kerja lembaganya melacak berbagai transaksi perbankan mencurigakan menjadi senjata penting untuk membongkar sepak terjang para makelar.
Kerja ekstra Yunus punya dampak samping yang kurang baik buat perutnya. Dia sering terlambat pulang untuk makan malam. Supaya tak kena penyakit lambung, pria murah senyum ini memilih jadi pelanggan setia pedagang siomay di Jalan Juanda, tepat di depan kantor Pusat Pelaporan.
”Siomay ini beda, lain daripada yang lain,” katanya setengah berpromosi. ”Enak dan menyehatkan,” ujarnya lagi, seraya mengaku tidak pernah sakit perut akibat siomay kaki lima itu. Selain rasa yang menggoyang lidah, porsinya ekstra-jumbo: tumpukan siomay, kentang, telur, kol rebus, dan pare yang diguyur saus kacang menggunung di atas piring. Selera makan Yunus memang gampang. Dia jarang bersantap di restoran.
”Saya lebih suka makan di kantin kantor saja,” katanya sambil menandaskan sepiring siomay dengan lahap. ”Kalau saya tidak makan di sana, kantin kami bisa tidak laku,” katanya berkelakar. Kalau makelar berkurang, Yunus bisa kangen siomay.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo