Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada yang menggoda tokoh filsafat Indonesia, Franz ÂMagnis-ÂSuseno. Bukan perempuan, bukan pula setan, tapi puncak Merapi. Ia penasaran dengan perubahan kawah Merapi setelah letusan dua tahun silam. Karena godaan inilah dia meralat keinginannya untuk benar-benar berhenti mendaki gunung. “Sebenarnya sudah pensiun, tapi saya ingin lihat," kata pria yang telah 220 kali mendaki gunung ini kepada Heru Triyono dari Tempo pekan lalu.
Akhir Juli lalu, Romo Magnis berhasil mewujudkan keinginannya menengok puncak Merapi. Sebuah pendakian yang tak enteng bagi pria 76 tahun ini. Ia harus menempuh jalan pasir berbatu yang mudah merosot, dan masih harus menggendong tas berbeban 10 kilogram. Belum lagi kandungan oksigen yang tipis di ketinggian sekitar 3.000 meter. “Lutut sempat sakit karena peradangan," ujar Romo, yang mendaki Merapi untuk ke-13 kalinya.
Tapi rasa sakitnya terbayar begitu menjejakkan kaki di puncak. Pemandangan yang luar biasa mempesonanya. Ia tak lagi menyaksikan Puncak Garuda, yang begitu terkenal, karena tersapu letusan. “Kini Kota Yogya tampak."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo