Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Puncaknya, Deddy menempelkan kepalanya ke papan catur dan melongok ke arah Utut yang terus menunduk. Kontan grand master yang juga pemilik sekolah catur itu berteriak: berhenti. Pertarungan bubar. ”Menurut peraturan, itu tidak boleh karena termasuk menyerang lawan,” ujarnya. Saat itu pertandingan sudah berlangsung 19 langkah dalam 17 menit.
Apa tanggapan Deddy? ”Saya memang harus mengacaukan pikirannya. Kalau enggak, gimana bisa menang? Dia kan grand master. Memang harus begitu supaya dia kalah,” ujarnya. Deddy memang sempat unggul setelah kudanya ditukar dengan gajah Utut. ”Sayang, harus di-cut di tengah jalan.”
Lantaran penasaran, Deddy menantang Utut untuk bertanding lagi setelah Lebaran. Utut siap meladeni dengan sejumlah syarat. ”Saya yang membawa peralatan catur berstandar internasional, menentukan penonton dan wasit,” ujarnya. Wah, kalau bertanding serius seperti itu, apa Deddy bersedia?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo