Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah tak lagi menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia dan mundur sebagai Presiden Komisaris Pertamina, Endriartono Sutarto kini sibuk menjadi seminaris alias pembicara seminar. Contohnya undangan diskusi dari lembaga swadaya masyarakat seperti Kontras dan Imparsial, yang dianggap kritis terhadap korps baju hijau. ”Yah, sambil cari duitlah,” kata mantan Panglima TNI ini sembari tertawa.
Pria 61 tahun itu merasa pas dengan profesi barunya, meski membuat purnawirawan jenderal itu sekarang berstatus ”peltu” alias penghasilan tak tentu. ”Tidak masalah. Ini kan demi kebaikan bangsa,” ujarnya. Dia berpendapat, saling curiga antara TNI dan elemen bangsa lain banyak terjadi karena saling tak paham. ”Padahal tujuan mereka sama.”
Lulusan Akademi Militer Angkatan 1971 ini dianggap kredibel untuk bicara tentang transisi militer. Pada Desember ini, dia menerima dua undangan ke Kyoto dan Tokyo. Sebagai seminaris, Endriartono mengaku lebih senang bicara atas nama pribadi, tanpa stempel lembaga apa pun. ”Lebih enak begini. Setuju nggak setuju, penilaiannya kan ke saya,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo