Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selarik pesan pendek nyleneh masuk ke telepon seluler sastrawan Hamsad Rangkuti, 66 tahun. ”Aku nikahkan anakku dengan mahar 70 batang pohon siap tanam tunai,” begitu bunyi pesan itu. Hamsad kebingungan. Tak ada nama pengirim pesan pendek itu. Iseng, ia membalas pesan pendek itu begini: ”Aku terima usulmu tunai.”
Usut punya usut, sang pengirim pesan adalah sahabat Menteri Kehutanan M.S. Kaban. Hamsad, yang memang tengah mempersiapkan pernikahan anak keduanya, Girindra, pun menantang sang pengirim pesan agar mengirim bibit pohon untuk mahar pernikahan anaknya. Gayung bersambut. Sang pengirim pesan bersama M.S. Kaban mengirim 500 bibit jati super. Mengapa 500? ”Kalau satu atau dua, buat apa? Kalau banyak, kan baru terasa manfaatnya bagi alam,” ucapnya.
Maka, seusai akad nikah pada 7 Juli lalu, mempelai beserta orang tua dan Kaban, sebagai saksi, menanam jati di kebun milik keluarga mempelai perempuan. ”Tak hanya memberi zakat bagi alam, pohon jati ini juga memberi manfaat ekonomis bagi mempelai,” ujar peraih Khatulistiwa Literary Award 2003 itu.
Hamsad pun punya harapan agar tak cuma anaknya yang mendapat mahar pohon. ”Harusnya pemerintah mempersiapkan bibit pohon untuk semua calon pengantin di Tanah Air,” ia mengusulkan sambil tersenyum. Boleh juga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo