Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diam-diam, pemusik Iwan Fals, 49 tahun, baru saja menyelesaikan konser musik religi ke seantero Jawa Timur. Konser dari pesantren ke pesantren dan berakhir di Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, itu berlangsung selama sebulan. Tur keliling itu dilakukannya bersama kelompok musik Ki Ageng Ganjur.
Kelompok itu dia puji sebagai kumpulan anak muda yang kreatif dan punya potensi musik yang baik. ”Mereka berusaha menggali tradisi Indonesia dan terus mencari jati diri lewat bunyi-bunyian yang diolah,” ujarnya.
Kendati sebelumnya dikenal dengan musik dan lirik protes, Iwan tidak canggung satu panggung bersama para seniman religius. Bahkan bersama-sama menjalani tur dalam waktu yang cukup lama. ”Para kiai dari pesantren punya cerita lucu, jadi enak, tidak capek,” kata Iwan, yang membawa sebuah van yang bisa disulap menjadi panggung.
Pergaulan dan canda dengan kiai yang ikut dalam tur musik itu mengingatkannya akan sosok Gus Dur. Namun Iwan menegaskan, dia tak mau terjebak dalam pembagian kelompok Islam di Indonesia, Nahdlatul Ulama ataupun Muhammadiyah. ”Saya menghormati keduanya, NU dan Muhammadiyah,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo