Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tubuh lemahnya lebih banyak terbaring di balai kayu di belakang rumah. Tangannya terbungkus sarung tangan. Tapi Franky Sahilatua, 57 tahun, masih cekatan mengetik pesan singkat. "Saya sudah menjalani empat kali paket kemoterapi, pertengahan Desember nanti yang kelima," katanya. Dia makan lebih banyak untuk mengembalikan ketahanan tubuh yang digerogoti kanker sumsum tulang belakang. "Dulu kalau pagi hanya makan roti, sekarang makan nasi," ujarnya.
Selama empat bulan dirawat di Singapore General Hospital, Franky tidak bisa bermain gitar. Penderitaan bertambah karena sebagian suaranya hilang, dan dia tidak bisa mengucapkan huruf "R" . "Itu yang namanya neraka bagi seorang biduan," ujarnya. Dalam kondisi itu, dia justru menciptakan lagu Bhinneka Tunggal Ika. Lantaran jari tangannya sensitif akibat kemoterapi dan tak bisa bermain gitar, "Saya hanya mengingat chord gitar tanpa merekamnya," katanya.
Siang itu, di rumahnya yang teduh, Franky memperdengarkan Bhinneka Tunggal Ika. Ia bernyanyi dengan suaranya yang khas. Menurut Franky, ada yang harus disuarakan, "Mengingatkan orang tentang awal terbentuknya bangsa ini, jangan sampai mereka mengalami amnesia sejarah." Sayup-sayup dari luar rumahnya, terdengar lagu dengan lirik yang mengobarkan semangat kebangsaan itu. "Bhinneka Tunggal Ika kekuatan, menjadi jalan tengah bagi peradaban dunia...."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo