Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SAKING seringnya pergi ke berbagai negara dalam waktu berdekatan, Farah Quinn membuat iri banyak orang, kawan-kawannya, juga para pengikutnya di media sosial. "Mereka mikir-nya saya buang-buang uang, padahal saya kerja dan dibayar buat jalan-jalan," tuturnya saat ditemui Tempo di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Senin pekan lalu.
Tapi ia tak mau ambil pusing soal cibiran orang tersebut. Ia mendapat banyak pengalaman dengan berkunjung ke banyak tempat. Ibu satu anak ini kagum melihat masyarakat di beberapa negara begitu bergairah terhadap sesuatu. "Saya melihat masyarakat di negara seperti Jepang dan Italia melakukan segala sesuatu dengan passion," tutur wanita kelahiran Bandung 36 tahun silam ini.
Ia mengatakan hasil kerja penuh gairah dan kecintaan itu akan menghasilkan kualitas sangat tinggi. "Itulah mengapa Italia bisa dikenal dari makanannya, fashion-nya, barang-barangnya, karena semua diproduksi penuh passion, penuh cinta," tutur Farah.
Ia pun bercerita bagaimana Peru bisa melakukan revolusi besar-besaran di dunia kuliner sehingga punya rekor penghasil makanan terbanyak di dunia. Menurut dia, revolusi kuliner terjadi di Peru karena ada kecintaan terhadap makanan, lalu mulai mengeluarkan standar resep, dan memperhatikan kualitas bahan baku. "Sekarang siapa tak mengenal masakan Peru, yang sudah ada di mana-mana?"
Ia menyayangkan masih banyak orang di Indonesia tak memiliki gairah itu, sehingga apa yang dihasilkan tak memiliki kualitas yang cukup baik. "Saya berharap Indonesia bisa seperti Jepang, Peru, yang melakukan apa pun penuh gairah, penuh kecintaan, sehingga apa pun yang dihasilkan punya kualitas bagus," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo