Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RATUSAN tiang pancang berdiri di lahan yang luasnya lebih dari lima puluh lapangan sepak bola. Puluhan alat berat mondar-mandir. Pada pintu masuk lahan tersebut terpampang logo berlian bersayap yang menyerupai huruf W di sebuah papan dan sejumlah spanduk. Inilah lokasi pabrik PT SAIC General Motors Wuling (SGMW) Motors, produsen mobil Cina yang akan meramaikan pasar otomotif mulai tahun depan.
Pemandangan yang dilihat Tempo saat mengunjungi Kawasan Industri Greenland International Industrial Center, Cikarang Pusat, Jawa Barat, Juli lalu itu berubah drastis dua bulan kemudian. Pertengahan bulan lalu, tiang-tiang pancang yang semula telanjang telah ditutup dinding dan atap besi berwarna merah bata. Bentuk fisik pabrik mobil yang dikenal dengan merek Wuling ini semakin jelas.
"Progres pembangunan pabrik kami memang pesat," kata Wakil Presiden Marketing and Sales Wuling Motors Yang Jie kepada Tempo di kantornya, Rabu pekan lalu. Hingga saat ini, pembangunan pabrik di lahan dengan luas total 60 hektare tersebut sudah rampung 70 persen. "Tinggal sisanya, 30 persen, berupa pemasangan kelengkapan dan peralatan pabrik dan fasilitas pendukung di sekitarnya."
Targetnya, proyek ini kelar 100 persen pada akhir 2016. Jie menyebutkan kemajuan proyek ini bisa dibilang sedikit lebih cepat dari target awal yang diperkirakan baru rampung pada awal 2017. Meski proyek pembangunan pabrik terbilang cepat, Wuling tidak akan buru-buru berjualan.
Selama paruh pertama 2017, Wuling masih akan melakukan serangkaian pengujian produk yang disebut fase production engineering. Panjangnya masa pengujian, kata Jie, karena Wuling ingin mendengar masukan konsumen lebih dulu. "Kami ingin produk kami nantinya benar-benar memenuhi harapan dan keinginan konsumen di Indonesia," ujarnya.
Pada Agustus lalu, Wuling sebenarnya sudah memajang produknya di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di BSD City. Waktu itu Wuling memamerkan multi-purpose vehicle (MPV) Hongguang S1, yang setara dengan Toyota Avanza (low MPV); dan Baojun 730, yang sekelas dengan Toyota Innova (medium MPV). Keduanya mobil Wuling yang dijual di kampung halaman mereka. Posisi kemudinya di kiri.
Menurut Jie, produk Wuling buatan Indonesia akan berbeda dengan dua produk display di GIIAS. "Yang sama hanya platformnya, tapi desain eksterior, interior, fitur, spesifikasi, sampai namanya akan berbeda signifikan," kata Jie.
Pengujian produk secara internal dimulai pada Oktober ini. Tapi mobil yang digunakan masih buatan pabrik di Cina. "Spesifikasinya saja yang disesuaikan untuk Indonesia, seperti posisi setir di kanan," ujar Jie. Fase uji coba produk tahap kedua akan melibatkan konsumen pada kuartal pertama 2017.
Di fase ini Wuling menyediakan 100 unit mobil buatan pabrik Cikarang yang akan dipakai konsumen dalam kondisi pemakaian sehari-hari. Jie berharap, dengan uji coba langsung oleh konsumen, perusahaan akan mendapatkan masukan mengenai kekurangan dan kelebihan produk. "Uji coba kami jalani berbarengan dengan proses di Kementerian Perhubungan," katanya.
Fase produksi mobil massal yang hasilnya akan dilempar ke pasar dilakukan pada kuartal ketiga tahun depan. Setelah beroperasi penuh, pabrik yang menelan dana investasi sebesar US$ 700 juta atau sekitar Rp 9 triliun ini akan memiliki kapasitas produksi 120 ribu unit kendaraan per tahun.
Di luar persiapan produk, Wuling juga tengah membangun jaringan distribusi, pemasaran, dan pascajual. Per Oktober 2016, ada 50 lokasi dealer dan bengkel yang tersebar di 50 kota besar di Indonesia yang dikelola pengusaha lokal. Pembangunan ke-50 dealer dan bengkel ini berjalan simultan dan ditargetkan selesai pada kuartal pertama tahun depan.
Pengembangan produk yang dirancang spesifik untuk pasar Tanah Air menjadi strategi produsen merebut hati konsumen. Hal ini pula yang dilakukan Mitsubishi Motors Corp lewat investasi terbarunya. Tahun depan pabrikan mobil asal Jepang ini akan memulai produksi di pabrik baru yang terletak di kawasan industri IIC, Deltamas, Bekasi, Jawa Barat.
Di pabrik senilai US$ 600 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun ini Mitsubishi akan memproduksi MPV baru yang modelnya sudah diperkenalkan di GIIAS 2016. Saat berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu, Presiden Mitsubishi Motors Corp Osamu Masuko mengatakan perusahaannya berani merogoh kocek cukup besar untuk membangun pabrik demi melahirkan produk baru di Indonesia.
"Potensi pasar MPV di Indonesia masih sangat tinggi. Saya ingin Mitsubishi bisa punya posisi kuat di segmen ini," katanya. Masuko berharap kehadiran produk MPV baru akan memperkuat citra merek berlogo tiga berlian ini sebagai produsen kendaraan penumpang.
Mitsubishi sudah menyiapkan rencana produksi MPV di Indonesia sejak lima tahun lalu. Para insinyur Mitsubishi asal Jepang, kata dia, berkeliling Indonesia untuk melakukan survei tentang selera konsumen mobil sekaligus mempelajari kondisi jalan di berbagai daerah. "Hasilnya, kami setuju membangun platform kendaraan baru yang karakteristiknya disesuaikan dengan selera pasar dan kebutuhan konsumen Indonesia," ujarnya.
Spesifikasi dasar calon mobil baru ini ialah MPV berkapasitas 7 penumpang dan bermesin 1.500 cc. Ramuan itu memang terbukti berhasil menjadikan produk MPV seperti Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Suzuki Ertiga, dan Honda Mobilio laris di Tanah Air. Untuk memberikan nilai tambah, Mitsubishi berimprovisasi dengan mengadopsi sebagian elemen desain produk sport utility vehicle mereka yang sudah populer, seperti Pajero Sport dan Outlander.
Hingga Oktober ini, pembangunan pabrik Mitsubishi sudah seratus persen. "Tinggal pemasangan peralatan produksi dan penambahan fasilitas sekitar pabrik," ujar Kepala Grup Penjualan Mitsubishi Motors Corp PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors Imam Choeru Cahya.
Pabrik ini diproyeksikan memiliki kapasitas produksi hingga 160 ribu unit kendaraan per tahun. Porsi terbesar, 80 ribu unit per tahun, disiapkan untuk pembuatan produk MPV baru yang dimulai pada Oktober tahun depan.
Sisa kapasitas produksi pabrik dialokasikan pada pembuatan komponen dan produk lain yang sudah lama beredar, yakni kendaraan niaga ringan L300 dan Pajero Sport. Volumenya masing-masing 30 ribu unit per tahun. Produksi Pajero Sport diperkirakan dimulai pada April tahun depan. "Dengan demikian, kami tak lagi mengimpor Pajero dari Thailand," kata Imam.
Di sektor industri komponen, sejumlah pendatang baru juga siap menikmati besarnya pasar Indonesia. Bridgestone Corporationmelalui perusahaan rekanan mereka PT Bridgestone Astra Indonesia (BSAI)meresmikan pabrik manufaktur senilai Rp 174 miliar di Purwakarta, Jawa Barat, pada September lalu. Di pabrik baru ini, BSAI akan memproduksi karet anti-vibrasi untuk mesin dan suspensi mobil buat pasar domestik serta ekspor.
Pada pertengahan Oktober, PT Toyota-Denso (TD) Automotive Compressor Indonesia mulai mengoperasikan pabrik komponen otomotif berupa kompresor penyejuk udara mobil dan kopling. Presiden Direktur TD Automotive Compressor Indonesia Ryuya Ogiso mengatakan pabrik tersebut dibangun dengan nilai investasi Rp 1,15 triliun dan diperkirakan menyerap tenaga kerja hingga 1.928 orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo