Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Abdul Rahman Saleh: Jatah Makan Diembat

5 Februari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
pt_saleh0950

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setiap kali bertemu penyair W.S. Rendra, Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh, 65 tahun, selalu teringat kejadian masa lalu. Saat itu, lebih dari 40 tahun lalu, ia masih mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Ia indekos tak jauh dari kampus.

Ceritanya, suatu kali jatah makan malam Arman—nama panggilan Abdul Rahman—lenyap. Ia mencak-mencak. ”Siapa yang menghabiskan jatah nasi saya?” tanya Arman kepada kawan kosnya.

Sang kawan menyebut nama Willy. Merasa tak kenal, Arman tak terima. Ia pun mencari tahu siapa si Willy itu. Eh, ternyata Willy adalah nama panggilan W.S. Rendra. ”Wah, kalau yang makan Rendra, saya ikhlas,” kata Arman pada malam penganugerahan Federasi Teater Indonesia untuk W.S. Rendra, dua pekan lalu.

Arman pun mengenang bagaimana Rendra dulu menerjemahkan Oedipus Rex hanya ditemani cahaya lampu teplok. ”Saya tahu persis prosesnya. Seandainya waktu itu sudah ada lampu listrik, wah, entah naskah hebat apa lagi yang bisa disadurnya,” ucapnya. Atau justru malah tak kreatif?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus