Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini satu-satunya juru kampanye dengan perlengkapan kursi. Soalnya, Abdurrahman Wahid, sesepuh Partai Kebangkitan Bangsa, tak bisa berkampanye sambil berdiri. Jadilah kursi dan baju batik sebagai seragam harian Gus Dur. Gaya kampanye Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini tak banyak beda seperti ketika ia menghadapi nahdliyinnya. Dengan menggunakan bahasa Jawa ngoko, ia menjelaskan soal khitah dan mengutip beberapa ayat Alquran untuk menerangkan hubungan umat Islam dan Kristen. Dan jawaban para peserta kampanye? Ya, seperti lazimnya umat bila mendapat wejangan dari kiainya: "Setujuuu...."
Lalu, siapa yang mendampingi Gus Dur di arena kampanye? Bukan istri, bukan anak tiri, melainkan "saudaranya", seorang wartawati yang sengaja pulang dari Australia. Dialah Ratih Hardjono, wanita langsing yang menjadi manajer humas deklarator PKB itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo