Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bertamasya ke luar negeri menjadi agenda tahunan novelis Ahmad Fuadi, 43 tahun. Penulis Negeri 5 Menara ini selalu membawa serta istri dan anaknya.
Fuadi memanfaatkan pekerjaannya. Saban ada undangan, ia selalu memperpanjang masa tinggalnya atau menclok ke negara lain. "Jadi, saya tidak perlu beli tiket pesawat," ujarnya kepada Tempo, Rabu dua pekan lalu.
Misalnya, seusai residensi dari Rockefeller Foundation di Italia, empat tahun lalu, Fuadi dan istri bersafari di Afrika Selatan, sebelum pulang ke Tanah Air. Sebulan menyepi di tepi Danau Como, Italia, ia menelurkan novel keempatnya, Anak Rantau, yang terbit bulan ini. Novel ini bercerita tentang anak kota yang pindah ke desa di tepi danau.
Fuadi ketagihan jalan-jalan sejak kuliah di George Washington University, Amerika Serikat, pada 1999. Tamasya pertamanya adalah naik bus lima jam dari Washington, DC, ke New York. "Kami merasakan sensasi tercengang melihat gedung-gedung tinggi, seperti di film-film," kata pria asal Maninjau, Sumatera Barat, itu.
Selanjutnya, hampir tiap libur ia dan istrinya pelesiran. Habis masa beasiswa tersebut, Fuadi dan istri berkeliling Eropa sebulan. Bermodal buku perjalanan, istrinya mengatur rincian jadwal. Mereka telah menyambangi 43 negara di lima benua. September mendatang, Fuadi sekeluarga berencana ke tanah Skandinavia, memanfaatkan undangan di Azerbaijan. "Lumayan, sudah lebih setengah perjalanan," kata mantan wartawan Tempo ini.
Menurut dia, berwisata menjadikan pikiran lebih terbuka. Bepergian bersama membuat ikatan keluarga lebih kuat. "Daripada hanya satu yang pergi, pasangannya hanya cengo mendengar cerita. Ada gap."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo