Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Akhir masa jabatan

Sir john ford, 56, dubes inggris, pecinta alam. pernah mendaki gunung di sumatera, jawa dan bali, turut lomba arung sungai citarum. ia berbicara tentang kebebasan menyampaikan kritik di indonesia. (pt)

11 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIR John Ford, 56 tahun, mungkin Duta besar asing yang paling dikenal di Indonesia sejak beberapa tahun ini. Temannya banyak mulai dari jenderal sampai orang yang berpenyakit lepra. Untuk yang terakhir ini, atas nama perkumpulan orang-orang Inggeris di rantau, telah didirikan beberapa rurnah bambu atau peralatan tukang kayu di Tanggerang. Beberapa sore dalam seminggu, tampak dia main badminton di pekarangan depan rumahnya. Atau dia berenang di bagian belakang pekarangan rumah, bersama beberapa staf kedutaan. Meskipun bukan pengikut Sawito dalam lelono broto, tapi Sir John telah mendaki beberapa gunung di Jawa (Gede dan Merapi), di Bali (Agung) dan Sumatera (Merapi). Beberapa waktu yang lalu, dia malahan turut dalam regu kedutaan Inggeris untuk lomba arung sungai Citarum. Biarpun mendayung di sungai baru pertama kali dilakukannya. Sir John memang pencinta alam. Kepada harian ompas, pernah Sir John berkata: "Saya tidak punya hati duta besar. Hati saya hati brengsek mahasiswa." Tapi kalangan mahasiswa dan cendekiawan Jakarta, cukup dibuatnya terkejut dengan pernyataannya, seselesainya John Ford bertemu dengan Presiden Suharto untuk pamitan. Kepada Antara. Ford antara lain berkata tentang "besarnya kebebasan berbicara dankebebasan untuk menyampaikan kritik di Indonesia." Ini dinyatakannya 10 hari setelah tujuh harian ibukota dilarang terbit dan dibekukannya dewan mallasiswa selurun Indonesia. Mencapai gelar BA pada Oriel College, Oxford, untuk bahasa Jerman dan Perancis, sebagai tentara di tahun 1945 pernah mendarat di Jakarta dan Semarang. Ketika itu usianya masih 24 tahun. Dari Jakarta-lah dia menulis surat lamaran untuk Kementerian Luar Negeri di London. Tahun 1947, mulailah kariernya sebagai diplomat. Ia pernah ditempatkan di Budapest, San Fransisco, Roma. Sebelum ke Indonesia bulan Mei 1975, John Ford adalah Direktur Jenderal untuk British Trade Deelopment di Amerika Serikat. Ia ayah dari dua orang gadis Isterinya seorang wanita Amerika, Emaline Ford. Sang Dubes gemar menulis sajak. Ketika dia di AS, dia menulis sajak yang berjudul In Harlem, By Brooklyn Bridge. Sajak-sajaknya ("yang masih amatir," demikian diakuinya) banyak berisi tentang Ketuhanan, alam semesta atau kejiwaan. Sir John adalah pengikut Gereja Inggeris yang salih. Untuk Indonesia, ada dibuatnya pula beberapa sajak. Tentang Pancasila, Pokok cerita tersebut ialah petuah, bahwa orang yang berbuat jahat di dunia, pasti akan masuk neraka nantinya. Beberapa kata yang sulit atau khusus, ada ditempelkan di dalam kotak sandiwara, misalnya kata "genit", "bajingan", "brengsek", "blo'on", "ganteng". Di akhir cerita, ada semacam nasehat untuk yang hadir: "Hantu itu momok bukan mamang seperti Pak Domo. Sudah-mudahan hal ini menjadi peringatan bagi saudara-saudara. Kalau saudara-saudara mendapat pungli, Kopkamtib akan dafang seperti hantu tadi. Jangan lupa. Selamat tinggal." Sir John Ford meninggalkan Indonesia 7 Pebruari lalu. Dari Musium Wayang Jakarta, Gubernur Jakarta Tjokropranolo memberikan kenang-kenangan seperangkat wayang golek (Durna dan Pandawa Lima) hasil karya R. Soelaeman Prawiradilaga, 76 tahun. Ketika Sir John meninggalkan pulau Buru dari kunjungannya beberapa minggu yang lalu, "penghuni" Buru juga memberikan tanda mata wayang kulit, Arjuna dan Bima kepadanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus