SELAMA pertandingan putaran pertama kejuaraan PSSI 1978, Rudy
Keltjes dari Persebaya jadi bintang lapangan. Muka baru dalam
Persebaya yang telah berhasil menang ini, paling tidak menonjoi
di lapangan hijau karena tinggi badannya. Dengan berat badan 71
kg, Rudy setinggi 189 cm.
Tapi ketika dia dapat sambutan yang hangat dari Walikota
Surabaya Suparno, Rudy cuma bilang "Saya tidak terlalu bangga,"
ujarnya, "kami dielu-elukan itu karena menang. Coba kalau kalah,
bisa-bisa diludahi. Dan saya harus ingat terus soal itu."
Baru di tahun 1977, Rudy yang berumur 25 tahun ini jadi pemain
inti Persebaya A, ketika memperebutkan piala perpisahan Ali
Sadikin. Sebelumnya, dia hanya masuk pemain inti grup B dan
cadangan di grup A. Dicomot dari kesebelasan pabrik gula Wringin
Anom di Situbondo, Rudy masuk Surabaya baru di tahun 1976.
Karena rambutnya keriting, banyak yang mengira dia Ambon.
Padahal ibunya, Munika, adalah orang Madura asli dan pemeluk
agama Islam. Ayahnya, Belanda asli yang sudah WNI dan bernama
Theodor Keeltjes, beragama Katolik. Rudy juga beragama Katolik.
Meskipun senang guyon, di lingkungan Persebaya Rudy terkenal
sebagai "anak yang rajin". Dialah yang mengurus kostum pemain
tanpa ada yang menyuruh. Kalau ada pemain yang akan turun main
dia pula yang mengurus perlengkapannya -- sampai ke kaos kaki
segala. Kalau bola masih kempes, tanpa ada yang perintah dia
pompa sendiri.
Kerjanya yang tetap ialah di Dolog Jawa Timur. Bagaimana kalau
ada yang mengajak masuk tim Galatama? Dalam Galatama, atau Liga
Sepakbola Utama, pemainnya tetap berstatus amatir tetapi memakai
sistim kontrak. "Yah, saya sudah kerja di Dolog," jawabnya,
"masa depan saya lebih terjamin di sana dari pada menggantungkan
pada Galatama." Pacarnya sekarang ini, Rita Latukalon, tim
volley nasional dari klab VIO, Surabaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini