Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Tampil sebagai komponis

Bekas menteri penerangan, maladi, muncul di tvri dalam acara "pencipta dan lagunya". ia juga mengkritik, pemain bola sekarang senang berkelahi.

9 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RABU malam minggu lalu, seorang bekas Menteri Penerangan muncul di teve. Dalam usia yang mendekati 67 tahun, uban telah memenuhi kepalanya, keriput telah melipat-lipat raut mukanya. Tetapi dia belum kehilangan semangat. Sebagai bekas Menteri? O, bukan. Sebagai komponis. Maladi sempat diajak wawancara oleh Mus Mualim yang memimpin acara "pencipta dan lagunya". Di tahun-tahun 1942-1945, banyak sekali Maladi mencipta lagu. Tapi ia dengan rendah hati bilang "Saya bukan komponis. " Katanya "Bahkan saya tidak pernah berpretensi jadi komponis. Saya hanya melukiskan situasi dan kondisi ketika itu saja. Kalau tidak ada dorongan dari situasi luar, saya pasti tidak jadi pencipta lagu." Tapi lagunya umumnya "top", bukan karena dia Men-Pen, tapi memang karena enak. Antara lain Solo Di Waktu Milam, Di Bawah Sinar Bulan Purnama, Di Mana Gunung Berjumpa, Ombak Samudra, Di Sela-sela Rumput Hijau. Dalam mencipta lagu, anehnya Maladi tidak dibantu oleh peralatan musik sebagai jamaknya banyak pencipta. Dia tidak mempergunakan piano, gitar atau alat apapun. Pertama kali dia menciptakan liriknya dahulu. Menyusul notasi (angka atau balok) yang disesuaikannya dengan lirik. Melodinya diambil dari perasaan yang muncul pada judul lagu. Jabatan pertamanya, guru. Setamatnya dari Mulo di Sala, Maladi kemudian melanjutkan di AMS B Yogya, kemudian mengajar di Mulo Mardl Rahayu Sala. Lagu pertamanya berjudul Terompet Berbunyi, yaitu mengajak para pemuda untuk tidak bercakar-cakaran. Di zaman revolusi, dia masuk grup Divisi X Sala, dan pangkatnya terakhir mayor. Tahun 1952-1962 dia jadi Menteri Penerangan, kemudian sampai 1966 menjabat Menteri Olahraga. Selama 18 tahun, 1930-1948, dia dikenal sebagai penJaga gawang. Nah, penjaga gawang ini mengeritik para pemain bola sekarang. "Kini tampaknya lebih senang berkelahi dari pada olahraga," ujarnya. Tapi sebagai pencipta lagu juga dia mengritik. "Anak-anak sekarang mencipta lagu belum menggambarkan wajah Indonesia." Lagu Maladi terakhir berjudul Jayawijaya, yang dibuatnya di tahun 1946. Lagu ini menceritakan kisah Indonesia sejak zaman Majapahit sampai Indonesia Merdeka. Dibuatnya lengkap dengan narasi dan panjang lagu, 45 menit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus