Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ananda Sukarlan baru saja melakoni pertunjukan paling berat dalam kariernya. Rabu petang pekan lalu, pianis dan komposer asal Jakarta ini tampil di geladak Rainbow Warrior milik Greenpeace, yang bersandar di Raffles Marina, Singapura. Sehari sebelumnya, dia tampil di helipad di buritan kapal tersebut untuk rekaman video. Keduanya ditujukan sebagai kampanye untuk mengatasi dampak perubahan iklim di Papua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kapalnya goyang melulu, jadi mainnya salah melulu," ujar Ananda kepada Tempo. Dia mabuk laut setiap kali berada di kapal. Akibatnya, dia harus mengulang pengambilan gambar empat kali. Untung, Ananda melanjutkan, saat konser, dia mulai terbiasa sehingga bermain dengan lancar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ananda, 49 tahun, membuat lagu khusus tentang kerusakan hutan di Papua, A Song for Papua, yang ia tulis dalam lima jam. "Namun bengong untuk mencari inspirasinya berminggu-minggu," katanya. Lagu lainnya adalah penggalan 10 menit dari Variations on Ibu Soed's Tanah Airku, yang berdurasi satu jam. Kedua lagu itu dilelang dan laku Sin$ 45 ribu atau sekitar Rp 468,6 juta.
Meski mengalami vertigo dan mual, Ananda tetap bersyukur. Sebab, musikus sebelumnya yang Greenpeace ajak berkampanye, Ludovico Einaudi dari Italia, tampil di Kutub Utara, dua tahun lalu. "Saya beruntung tidak perlu ke kutub."
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo