Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hanung Bramantyo punya resep baru dalam meracik film, yaitu berdiskusi dengan anak pertamanya, Barmastya Bhumi Brawijaya, 17 tahun. Sutradara kelahiran Yogyakarta 42 tahun silam itu merasa sebagai golongan tua sehingga butuh masukan dari generasi milenial, yang ia sebut menempati porsi terbesar di kursi-kursi bioskop Indonesia. "Supaya komunikasinya nyambung," kata ayah lima anak itu di kantor Tempo, Rabu tiga pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat akan mengangkat Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, misalnya, Hanung bertanya kepada anaknya. Ternyata Bhumi, boro-boro sudah membaca, belum pernah mendengar tentang novel tersebut. "Bapak mau bikin film tentang Bhumi, ya?" kata Hanung, menirukan ucapan anaknya. Hanung kemudian juga mendapati teman-teman sekolah sang anak tidak mengenal buku-buku Pramoedya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Reaksi anak-anak sekolah menengah atas tersebut membuat Hanung mempersiapkan cerita secara lebih membumi. Sebelumnya, sutradara terbaik Piala Citra 2005 dan 2007 ini hanya mengandalkan perspektif diri sendiri. Misalnya, saat menggarap biopik Kartini, tahun lalu, dia menganggap semua orang di Indonesia mengetahui tokoh kebangkitan perempuan tersebut. "Namun ternyata penontonnya sedikit, cuma 500 ribu," ucap sutradara The Gift, yang sedang tayang, itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo