Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juara dunia panjat tebing, Aries Susanti Rahayu, punya alasan unik lebih menekuni nomor kecepatan ketimbang lead dan boulder. "Karena dulu waktu SD dan SMP terbiasa dengan lari jarak pendek," kata Aries, 23 tahun, kepada Tempo di Yogyakarta, dua pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aries kecil adalah sprinter jagoan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Saat dia kelas II sekolah menengah pertama, guru olahraga mengenalkannya pada panjat tebing. Kala itu, pengurus Federasi Panjat Tebing Indonesia mencari bibit di kampung halamannya. Pertama kali melihat wall, Aries langsung jatuh hati. Darah atletnya tertantang untuk berlaga di medan yang tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nomor speed paling menarik perhatian Aries karena, "Tidak berlama-lama." Penilaian para pelatihnya pun senada. Mereka mengarahkan Aries ke memanjat cepat dengan alasan di nomor lain atlet lebih berisiko jatuh dan terentak.
Aries membuktikan kecintaan itu dengan keringat dan urat. Entah berapa kali pergelangan tangan dan kakinya terkilir. Namun semuanya terbayar dengan prestasi di berbagai kompetisi, dari lomba tingkat kabupaten berhadiah sepeda motor sampai kejuaraan dunia di Chongqing, Cina, awal Mei lalu. Di Chongqing, Aries hanya membutuhkan waktu 7,51 detik untuk mencapai finis di ketinggian 15 meter. Hadiahnya sekitar Rp 64 juta, di luar gaji serta bonus dari Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Tenaga harian lepas di Dinas Peternakan Kabupaten Grobogan itu kini membidik medali emas dalam Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, 18 Agustus-2 September mendatang.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo