Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HARI itu mestinya saya ke Yogya untuk persiapan bimbingan tesis. Dan kalau terbang pasti dengan Garuda.” Kata-kata itu meluncur pada Kamis lalu dari mulut Artika Sari Dewi, 27 tahun. Ia terbata-bata, tapi mencoba melanjutkan ceritanya kepada Tempo.
Artika, Putri Indonesia 2004, yang sedang menyelesaikan program magister notariatnya di UGM, urung pergi. Seorang sahabat lamanya datang mengunjungi. Dan ia pun menjadwal ulang kepergiannya ke kota itu. Tak lama kemudian, perasaan Tika--demikian ia suka dipanggil--campur-aduk: syukur, pilu, sedikit gusar. Ia menyaksikan pesawat Garuda yang bakal ditumpanginya terbakar. Apalagi Koesnadi Hardjasumantri, mantan Rektor Universitas Gadjah Mada, termasuk yang tewas.
“Meski tak pernah menjadi dosen saya langsung, kami cukup akrab karena Pak Koes mudah bergaul dengan mahasiswa,” ujar Tika, yang pada hari nahas itu sedang berada di Jakarta. Selain itu, bintang Opera Jawa ini agak kecewa melihat sikap kru kabin yang lebih dulu menyelamatkan diri ketimbang mengevakuasi penumpang. Meski demikian, pada akhir bulan ini ia akan terbang ke Yogya menggunakan maskapai yang sama.
Tak takut kejadian itu berulang? “Kalau soal nyawa, itu urusan Yang Di Atas,” jawabnya mantap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo