SABAM Siagian, Wakil Pemimpin Redaksi harian Sinar Harapan yang
hampir selalu muncul dalam pesta diplomatik, "hilang" dari
Jakarta. Wartawan yang selalu enak diajak ngomong ini berangkat
ke AS. Kembali.
Kembali? Umurnya 46 tahun dan lahir di Jakarta. Ayah dari dua
orang anak yang telah besar-besar ini, yang dulu selalu aktif
semenjak jadi mahasiswa ketika dia kuliah di lakuitas Hukum,
UI, pernah 11 tahun di negeri itu. Di New York (1967-1973),
Sabam menjadi penyumbang tetap Radio Australia bagian Siaran
Indonesia dengan nama samaran. Asal Pandapotan. Sabam kemudian
aktif di sinar Harapan sejak 1973.
Kepergiannya pada minggu kedua eptember ini, tidak terlalu
lama. Sabam berhasil diterima dalam program Nicman di
Universitas Harvard di Cambridge, AS untuk tahun 1978/1979,
selama dua semester. Selain Sabam, ada 20 redaktur lain dari
berbagai negara yang turut dalam program tersebut, 10 di
antaranya dari AS sendiri. Rupanya Sabam gembira sekali akan
kepergiannya ini. Katanya: "Saya pergi, supaya jangan jadi bodo
setelah sekian lama tidak sekolah lagi."
Sebelumnya, di tahun 1974, Aristides Katoppo- -dulu Redaktur
Pelaksana Sinar Harapan dan kini jadi orang kedua dalam urusan
bisnis koran itu -- yang dapat kesempatan "isi baterei" dalam
program Nieman di Cambridge yang terpandang itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini