RENDRA diserbu pers di di Australia. Penyair yang mengikuti diskusi panel Pengarang Sebagai Saksi di tiga kota: Sydney, Melbourne, dan Adelaide itu ditanya macam-macam. Tapi, kata Rendra, tak ada pertanyaan yang sinis atau bermusuhan. "Pemerintah Indonesia tak perlu nervous mengenai pers Australia. Kalaupun ada fitnah, selalu ada yang membela dari pihak mereka sendiri," kata Rendra dari Adelaide pekan lalu. Pers Australia memang memuji penyair ini sebagai "Raksasa Sastra Indonesia". Namun, Rendra tak cuma diserbu pers. Di Adelaide, dalam sebuah diskusi, seorang mahasiswa menggugat Rendra soal dekatnya dia dengan pelacur, yang tercermin dari karya-karyanya, entah itu drama atau puisi. Apa jawab Rendra? "Pelacur tidak ada yang jelek di mata saya. Sebab, tetangga saya dulu, ketika saya kecil, adalah seorang pelacur, dan dia sangat baik," katanya. "Bahkan orang yang pertama kali menjenguk saya sewaktu di penjara adalah pelacur. Mungkin kalau saya jadi wanita, saya akan menjadi pelacur." Ucapan Rendra terakhir itu memang bergurau. Di Sydney, Rendra sempat mementaskan drama Kisah Perjuangan Suku Naga, dengan aktor-aktor profesional setempat. Pementasan ini, menurut laporan koresponden TEMPO Dewi Anggraeni, memperoleh resensi yang panjang di pers. Begitu pula di Melbourne, usal Rendra membacakan sajaknya, tcrjadi diskusi yang melibatkan berbagai pengarang dunia, di antaranya pengarang Inggris Jim Crace. Kenapa mereka terpukau? "Saya kira karena sajak-sajak saya bersifat universal," kata Rendra. "Mereka masing-masing merasa bahwa saya menulis sajak itu untuk mereka."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini