Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memiliki karya dan produk yang terkenal, bahkan digunakan oleh orang nomor satu di republik ini, bisa jadi merupakan cita-cita kebanyakan wirausahawan di Indonesia. Hal ini juga yang ada di benak Bernhard Suryaningrat dan rekannya, Muhammad Haudy. Mereka nekat mendekati Presiden Joko Widodo dalam acara Jakarta Sneakers Day di Senayan City, Jakarta Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Waktu itu gue cuma ingin Pak Presiden lihat karya gue," ujar Bernhard mengenang kejadian pada Maret lalu itu kepada Tempo belum lama ini. Dalam acara pameran dan bazar sepatu serta karya busana anak-anak muda itu, kedua sekawan pemilik merek Nevertoolavish ini begitu berharap Jokowi mendatangi gerai pameran mereka. Sayangnya, lokasi booth Nevertoolavish terpencil dan tidak dilalui rombongan Presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Akhirnya Haudy nekat deketin Pak Jokowi pas mau pulang, cuma untuk memperlihatkan foto dompet yang ada gambar beliau," Bernhard bercerita. Beruntung, Jokowi mau melihat foto itu. "Kok ada gambar saya di dompet?" ucap Bernhard, menirukan ucapan Jokowi. Gambar Jokowi pada dompet yang diperlihatkan itu merupakan karya lukisan Bernhard. Sang Presiden akhirnya mengunjungi gerai pameran Nevertoolavish.
Nevertoolavish memang bukan merek busana biasa. Bernhard-yang akrab disapa Abenk-bersama Haudy mendirikan usaha ini untuk menyediakan jasa kustomisasi produk busana milik konsumen. Biasanya kustomisasi itu berupa pembuatan gambar atau lukisan, serta penambahan ornamen pada tas, jaket, sepatu, dompet, koper, dan lain-lain.
Kunjungan Jokowi ke booth pameran Nevertoolavish menjadi berkah buat Abenk dan Haudy. Beberapa hari setelah bertemu dengan Presiden, Abenk mendapat telepon dari Istana. "Presiden minta dibuatkan jaket." Jika Anda ingat aksi Presiden menunggangi motor chopper di Sukabumi, Jawa Barat, pada April lalu sambil memakai jaket bergambar peta Nusantara dan bertulisan "Indonesia", itulah jaket karya Abenk.
Merasa senang dan puas atas karya Abenk, rupanya Jokowi kembali memesan jaket. Kali ini bertemakan Asian Games. Pada Mei lalu, Abenk membuatkan beberapa jaket kustom bergambar logo Asian Games yang dipakai Presiden di beberapa kesempatan. "Pesanan Presiden membuka jalan buat Nevertoolavish lebih dikenal." Setelah dipakai Presiden, jaket lukis Asian Games itu rupanya diminati para menteri Jokowi dan panitia Asian Games, yakni Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (Inasgoc).
Ada lebih dari 500 jaket yang dipesan panitia Asian Games dan para menteri Kabinet Kerja. Untuk para menteri, Abenk masih sanggup mengerjakan gambar dengan cara dilukis. "Tapi untuk Inasgoc, karena terlalu banyak, akhirnya dibikin secara sablon." Jaket-jaket tersebut digunakan dalam acara pembukaan pesta olahraga terbesar di Asia itu dua pekan lalu.
Di balik cerita manis itu, Abenk mengaku sempat kesal karena karya-karyanya dirisak beberapa orang di media sosial. "Orang mengaitkan jaket saya yang dipakai Jokowi dengan politik." Kritik-kritik pedas sering ia terima melalui Internet. Bahkan, gara-gara hal itu, putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, pernah meneleponnya. "Mas Kaesang minta maaf karena karya saya jadi di-bully orang gara-gara dipakai ayahnya, tapi dia juga memberi semangat agar saya terus maju." Abenk memilih tak mendengarkan suara sumbang para hater tersebut.
Perjalanan Abenk memiliki merek dan produk yang dikenal se-Indonesia juga tak mulus. Sejak kecil, pria 26 tahun ini memang memiliki minat menggambar dan melukis. Saat duduk di bangku sekolah menengah pertama, Abenk melampiaskan kesukaannya itu dengan membuat grafiti di tembok-tembok kosong. Nama Abenk sebagai seniman grafiti berkibar di Jabodetabek setelah berkali-kali memenangi kompetisi grafiti. Ia dikenal dengan nama alias Hardthirteen.
Tapi, selain punya jiwa seni, Abenk punya keinginan membuka usaha sendiri. Pada 2008, Abenk pernah mencoba berjualan makanan tahu bulat. "Waktu itu tahu bulat belum ramai, saya jualannya mentah, ambil dari Bekasi." Sempat sukses, tapi usaha itu kemudian meredup. Pada 2011, Abenk mencoba peruntungan dengan mendirikan Sepatu, Dua, Tiga, yang menjual produk sepatu lukis.
Sepatu, Dua, Tiga sempat sukses dan naik daun di kalangan anak muda Ibu Kota. Bahkan sepatu lukis karya Abenk banyak dipesan hingga ke daerah lain. Enam tahun bertahan, merek ini pun bangkrut pada 2017. Gara-garanya, menurut Abenk, dia tak menerapkan manajemen usaha yang baik. "Sering nombok karena sepatu pesanan tidak dibayar orang." Setelah usahanya bangkrut, ia bertemu dengan Haudy dan mendirikan Nevertoolavish. "Haudy mengerti manajemen bisnis, jadi sekarang gue lebih berfokus di produksi," tuturnya.
Kini Abenk menggandeng para pengusaha muda lain untuk membuat gerakan bersama. "Gue punya cita-cita membentuk ekosistem pengusaha muda, terutama yang berfokus di bidang jasa kustomisasi produk." Ia memulai gerakan ini dengan mempopulerkan slogan #localpride dan #custompreneur di media sosial.
"Gue ingin anak muda Indonesia bangga sama produk-produk dalam negeri," ujar Abenk. Untuk membuat gerakan ini jadi lebih nyata, September mendatang ia menggelar acara Custom Collaboration, yang menyatukan para seniman dan pengusaha muda lokal untuk memamerkan karya-karyanya. "Usaha kustomisasi ini bisa jadi masa depan usaha kecil-menengah Indonesia." PRAGA UTAMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo