INGAT Elizabeth Latief? Itu lo, dulu pemain tunggal putri bulu tangkis. Sejak cedera lutut tahun 1988, Ice, begitu panggilannya, seakan menghilang. Dan tahu-tahu, pekan lalu, ia muncul di Hotel Le Meridien, Jakarta, dalam ''kemasan'' berbeda. Pakaiannya, tatanan rambutnya, dan penampilannya lain. Ice telah menjadi wanita eksekutif. Bulu tangkis sudah disetopnya. Ia beralih profesi ke bidang periklanan dan kehumasan di PT Octis, perusahaan kakaknya, dengan jabatan media director. ''Ya, beginilah. Saya diminta bantu-bantu,'' kata Ice. Semula, profesi baru ini membuatnya repot. Ia mencari klien, dan meyakinkan usahanya. Berkat keuletannya, usaha itu menyenangkan, dan klien datang. Atau karena nama Anda? ''Mungkin. Tapi kalau kerja kami tidak memuaskan, mereka pergi juga kan?'' kata Ice. Tanpa predikat atlet, kini Ice tak perlu risi ''dipelototi'' penggemar. Ia malah mengaku bisa mengenal berbagai macam orang, tak terbatas atlet. Namun, ''Dulu dikejar-kejar wartawan, tapi sekarang gantian mengejar wartawan,'' kata Ice, 30 tahun, yang masih sendiri itu. Walau berhenti main bulu tangkis, tak berarti ia meninggalkan raket. Ia malah mengayun raket yang lebih besar, raket tenis. Ia pun tetap aktif sebagai instruktur aerobik di tempat kebugaran miliknya, Kartika. Selain itu, sejak setahun lalu, ia main golf. ''Masih handicap 20, kok,'' kata Ice, yang memiliki sekitar 20 piala dari mengikuti berbagai kejuaraan golf itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini