PASANGAN Tunku Abu Bakar dan Gusti Raden Ajeng Retno Astrini, yang melangsungkan perkawinan agung November tahun lalu, digoyang isu. Mereka dikabarkan pisah ranjang. Itu tak lain karena Astrini sering muncul sendirian di Mangkunegaran, Solo, sedangkan Tunku Abu Bakar enak-enak di Kesultanan Johor Malaysia. Isu pun berembus, tak hanya beredar di Solo, juga di Johor. Mangkunegaran lantas kebanjiran telepon. Ada yang bertanya mengapa Astrini cerai, kapan kawin lagi, dan seterusnya. Tak hanya itu. Mangkoenagoro IX, kakak Astrini, malah menerima surat yang isinya menuduh sengaja "menjual" Astrini demi bisnis. "Kejam betul tuduhan mereka," kata Mangkoenagoro IX, menanggapi teror itu. Yang terjadi justru sebaliknya, mereka sedang berbahagia menanti anak pertama. "Kami tetap seia dan secinta," kata Tunku Abu Bakar. Sebagai bukti, upacara menujuh bulan dilakukan akhir September lalu di Malaysia. Dengan lilitan kain batik sedada, Astrini dimandikan air bunga. Setelah itu, Abu Bakar membopongnya. Perut Astrini yang membuncit pun dikalungi janur. Dengan iringan doa, pedang di tangan Abu Bakar lalu memutus kalung janur itu. Semuanya tak jauh beda dengan adat Mangkunegaran. Di Johor juga ada pidato-pidato membantah keretakan hubungan mereka. Intinya, kesetiaan dan keutuhan cinta pasangan ini tak tergoyahkan. "Upacara dan pernyataan itu lebih bermakna dan lebih indah dibanding, misalnya, menyebarkan press release," kata kakak Astrini, Retno Satuti, yang menghadiri upacara tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini