Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Doktor ahli musik

Dr liberty manik, 53, pengarang lagu satu nusa satu bangsa selama 14 tahun belajar musik di belanda dan jerman. ia menyusun buku tentang gondang batak.

11 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOBOT tubuhnya 68 kg dan tingginya cuma 155 cm, sehingga kesan gemuk tidak bisa dipungkiri lagi. Dahinya yang lebar selalu dibanjiri oleh keringat dan seakan-akan diburu, dia selalu bicara cepat kepada pendengarnya. Dr. Liberty Manik berbicara tentang musik gondang Batak kepada Guruh Sukarno Putra, Eros Djarot dan lainnya lagi pertengahan Mei lalu. Di waktu yang lain, dia berbicara dengan sekelompok orang kulit putih -- masih tentang gondang Batak - di Wisma Subud, Cilandak. Ke mana dia pergi dan bicara, tidak pernah ketinggalan perlengkapan pribadinya digotong juga: pita rekorder merek Uher berikut pengeras suara stereonya. Manik lahir di Sidikalang, Sumatera Utara 53 tahun yang lalu. Dia adalah penggubah lagu Satu Nusa - Satu Bangsa. Sebelum 1950, Manik pernah bekerja di majalah Arena, yang dipimpin almarhum Usmar Isrnail, dan penulis tentang musik di majalah Mimbar Indonesia dan Zenith. Bukunya yang pertama diterbitkan BalaiPustaka di tahun 1952, berjudul Musik di Indonesia an beberapa persoalannya. Tahun 1954 dia pergi ke Belanda, untuk memperdalam musik. Selama 14 tahun belajar tentang musik di Belanda dan Jerman. Tahun 1968, Manik berhasil mengakhiri studinya dengan suatu promosi berjudul Das arabische Tonsystem ini Mittelalter dengan nilai magna cum laude. Kemudian bekerja pada jawatan yang menyusun semua pustaka-pustaka Batak di semua perpustakaan di Jerman Kini lewat Deutsche Forschungsgemeinschaft, dia diberi tugas untuk menyusun buku tentang gondang Batak dan diharapkan selesai bulan-bulan depan ini. Manik -- satu-satunya doktor Ilmu Musik di Indonesia -- bersikap baik terhadap eksperimen anak muda. "Saya lebih positif pada usaha Guruh. Dia menyertakan unsur gamelan Bali dalam musik percobaannya. Tidak seperti musik pop, yang selain main contoh musik luar negeri", katanya. Musik pop hanya merupakan mode, "tapi dia begitu dominan sebagai medium yang kuat untuk mendekati masyarakat. Karena inilah, saya mencoba memperdalam musik pop", lanjut Manik. "Setelah sekian tahun tinggal di luar negeri, akhirnya Manik berkata: "Saya mau tinggal di sini saja. Meskipun di Jerman Barat dengan mobil dan rumah bagus saya bisa hidup dengan layak. Toh materi, tidak selalu membahagiakan saya". Rencananya, setelah buhunya tentang gondang Batak terbit, dia akan berkeliling ke Flores, Timor, Irian Jaya untuk musik. Malang baginya, setelah dia berhasil menelurkan komposisi Desaku, Pantai Yang Sepi dan beberapa lainnya di tahun 1955, selama dia tinggal di Jerman Barat hingga kini belum keluar lagi komposisi apapun. "Inilah celakanya seorang sarjana. Otaknya sudah dibebani pikiran aneka ragam. Praktis selama tinggal di Jerman Barat, saya tidak merasakan keharusan mencipta". Dia seangkatan dengan Frans Seda, Binsar Sitompul dan Cornel Simanjuntak di Hollandsch-Inlandsche Kweekschool. Katanya lagi: "Sayangnya, di Indonesia kita belum bisa membedakan mana itu jazz dan pop, sebab yang dibuat pop itu ternyata aliran musik modern". Dia menyesalkan berkurangnya minat terhadap penyanyi jenis seriosa. Satu hal yang belum berhasil dicapainya: hidup berkeluarga. Bujangan setengah abad lebih ini berkata: "Tapi saya tidak berniat membujang terus. Sebab saya beranggapan manusia itu sebaiknya berkeluarga". Siapa calon isterinya? Liberty Manik cuma ketawa saja, tapi ada dia berkata: "Sebelum lihat calon orangnya, saya punya syarat. Tapi kalau sudah kena, hati bergetar dan semua syarat itu menyingkir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus