Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MANTAN Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio, tak bisa lepas dari kebiasaan meminum kopi. Bahkan sehari sebelum tugasnya sebagai menteri berakhir, Senin, 21 Desember lalu, dia masih menyempatkan diri menyambangi kafe Diskusi Kopi & Ruang Berbagi di Jakarta Selatan. “Niatnya mau nyobain apakah kopinya enak,” ujar Wishnutama, 50 tahun, saat dihubungi Tempo, Selasa, 29 Desember lalu.
Ia mendatangi kedai kopi hari itu sekaligus mengecek penerapan protokol kesehatan. Karena menyeduh sendiri kopinya, ia sempat dikira barista oleh seorang pelanggan. “Saya iseng mencoba membikin kopi. Saya tidak tahu enak atau enggak, he-he-he,” tutur Tama, sapaan akrabnya. Selama menjadi menteri, ia kerap berkeliling mencicipi kopi di berbagai daerah.
Kecintaannya terhadap kopi bermula saat kuliah di Boston, Amerika Serikat, awal 1990-an. Saat itu, ia selalu membeli kopi di gerai Dunkin' Donuts sebelum berangkat ke kampus. Kebiasaan itu berlanjut ketika ia pulang dan bekerja di bidang pertelevisian. Setiap hari, ia bisa minum hingga empat gelas kopi.
Suatu kali, Tama menyambangi Los Angeles, California, pada akhir 1990-an. Ia terkejut saat mampir di kedai kopi Starbucks dan mendapati nama-nama kopi asal Indonesia di daftar menu. Padahal kopi lokal saat itu belum populer di Tanah Air. “Sejak itu, saya mulai tertarik mempelajari kopi Indonesia,” ucapnya. Penyuka kopi Flores ini juga mulai mempelajari cara meracik kopi.
Saat menjadi menteri, Tama ingin mendorong munculnya kedai kopi Indonesia di kota-kota besar negara lain. Ia juga bercita-cita menjadikan kopi Indonesia daya tarik bagi wisatawan asing. “Kalau sekarang, saya bisa jadi pengusahanya, he-he-he,” ucap Tama, yang masih ingin beristirahat setelah bekerja nonstop sejak Asian Games 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo