Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sekolah menyiapkan perlindungan untuk murid agar bisa belajar tatap muka.
Pemerintah Jawa Tengah belum mengizinkan pembukaan sekolah karena tingginya kasus.
Di Jawa Barat, seorang camat tak berani mengeluarkan rekomendasi pembukaan sekolah.
BILIK plastik mengitari setiap meja di 24 kelas di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat, 30 Desember 2020. Tingginya 70 sentimeter dengan panjang hampir semeter serta berada di kanan, kiri, dan depan meja. Pelaksana tugas Kepala SMPN 3, Agusalim, mengatakan pemasangan bilik plastik itu sebagai ancang-ancang jika belajar tatap muka dimulai kembali. Sekolah pun sudah membagikan masker untuk diberikan kepada para murid. “Pelindung wajah juga sudah siap dibagikan,” kata Agusalim pada Jumat, 30 Desember 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak Maret 2020, SMPN 3 tak lagi menggelar pendidikan temu wajah. Agusalim bercerita, sekolahnya memutuskan membuka kembali belajar tatap muka setelah berdiskusi dengan orang tua murid. Setidaknya lima kali pertemuan wali murid digelar melalui aplikasi Zoom. Hasilnya, 65 persen orang tua setuju sekolah dibuka kembali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kota Semarang pun bersiap menggelar pendidikan tatap muka. Di berbagai penjuru sekolah, termasuk di depan kelas, tempat cuci tangan telah disediakan. Cairan pembersih atau hand sanitizer pun tersebar di mana-mana. “Insya Allah, kami sudah siap belajar tatap muka,” ujar Kepala SMAN 3 Wiharto. Menurut dia, sekolahnya sudah menggelar simulasi seandainya pelajaran bersemuka dimulai lagi. Rencana pembukaan itu, kata Wiharto, juga sudah disetujui mayoritas wali murid.
Pemerintah memutuskan sekolah tatap muka bisa kembali bergulir mulai Januari 2021. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengatakan kewenangan pembukaan itu berada di tangan pemerintah daerah, pengelola sekolah, dan orang tua murid dengan mempertimbangkan kasus positif corona di wilayah tersebut. Sekolah yang kembali buka pun harus memenuhi daftar periksa atau check list seperti ketersediaan sarana cuci tangan, memiliki alat pengukur suhu, dan wajib mengenakan masker.
Namun rencana pembukaan sekolah di Jawa Tengah sepertinya akan tertunda. Pada Rabu, 30 Desember, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah mengeluarkan surat edaran yang melarang pembukaan sekolah. Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah, Hari Wuljanto, mengatakan penundaan tersebut merupakan instruksi Gubernur Ganjar Pranowo. Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Gunawan Saptogiri mengungkapkan belajar tatap muka akan digelar jika telah memperoleh restu Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.
Adapun Ganjar tak mau terburu-buru membuka sekolah karena kasus positif corona di wilayahnya masih tinggi. Hingga Rabu, 30 Desember, jumlah kasus di Jawa Tengah mencapai 80.700 atau peringkat keempat di Indonesia. Situs Tanggap Covid-19 Jawa Tengah mencatat ada 10.165 kasus aktif. “Kalau kondisi membaik, bisa saja belajar tatap muka dimulai. Tapi sepertinya Januari belum,” ucap politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.
Berbeda dengan Ganjar, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan sebagian besar sekolah di wilayahnya siap menggelar pelajaran tatap muka mulai semester genap Januari ini. Setidaknya ada 785 dari 830 sekolah negeri yang berniat mempertemukan kembali guru dan murid secara langsung. “Mereka siap melaksanakan pertemuan tatap muka dengan pembatasan pembelajaran,” katanya, Senin, 28 Desember.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supendi mengatakan pembukaan kembali sekolah sempat maju-mundur. Sejumlah simulasi pun sudah dilakukan. Namun naik-turunnya jumlah kasus membuat pelaksanaan sekolah tatap muka tak maksimal. Berdasarkan data Komite Penanganan Covid-19, hingga Rabu, 30 Desember, jumlah kasus di Jawa Barat sebanyak 82.500 atau tertinggi ketiga di Indonesia. Situs Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat menyatakan hampir 12 ribu orang masih diisolasi atau dirawat.
Pemeriksaan suhu tubuh siswa yang akan mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di SMP N 6 Lerep Satu Atap, Ungaran Barat, Semarang, Jawa Tengah, November 2020. ANTARA FOTO/Aji Styawan/nz.
Menurut Dedi, proses pembukaan sekolah bersemuka dirancang bertahap, dari perizinan hingga pelaksanaannya. Pemerintah provinsi telah meminta pemerintah kabupaten/kota menilai situasi di wilayah masing-masing, termasuk tingkat risiko penularan corona. Pengawas sekolah lalu menginspeksi sekolah yang akan dibuka. Hasilnya akan diserahkan kepada Satuan Tugas Penanganan Covid-19. Jika sekolah mendapat lampu hijau, pembelajaran tatap muka dilakukan terbatas. “Ada yang tatap muka dengan jumlah murid dibatasi, ada juga yang online,” tutur Dedi.
SMA 4 Bandung termasuk yang sudah mempersiapkan belajar offline sejak November 2020. Sekretaris Gugus Tugas Covid-19 SMA 4, Tiktik Mustika Budhi, mengatakan sekolahnya sudah membangun toilet baru, merenovasi kamar kecil, dan memasang wastafel baru. Pun bangku dan meja yang biasa digunakan untuk dua murid diganti dengan meja dan kursi untuk satu siswa. SMA 4 juga memiliki ruang isolasi sementara yang dilengkapi alat perlindungan diri, 2.000-an masker, dan sejumlah galon hand sanitizer.
Menurut Tiktik, hasil jajak pendapat menunjukkan 63 persen orang tua murid setuju siswa datang kembali ke sekolah. “Ada yang masih khawatir, apalagi ada varian baru virus corona.” Meski orang tua sudah memberi restu, Tiktik mengakui masih ada sejumlah masalah yang dihadapi guru. Misalnya hanya ada tiga guru berusia 45 tahun ke bawah yang bisa mengajar. Nantinya sekolah akan tetap melaksanakan pembelajaran online untuk menghadapi persoalan tersebut.
Wakil Kepala Sekolah yang juga Ketua Satuan Tugas Covid-19 SMA 4, Asep Uan Sutarwan, mengatakan masalah lain yang dihadapi adalah belum ada rekomendasi dari Kecamatan Andir, Kota Bandung. Rekomendasi itu menjadi syarat pembukaan sekolah. Camat Andir, Enjang Mulyana, membenarkan kabar bahwa sejumlah sekolah telah meminta surat rekomendasi. Dia tak berani menerbitkan surat rekomendasi karena belum mendapat instruksi dari Dinas Pendidikan Kota Bandung. Lagi pula, kata Enjang, pembukaan sekolah di wilayahnya masih riskan. “Seminggu lalu masih zona merah. Kalau dipaksakan akan berbahaya, apalagi untuk anak-anak.”
Di Surabaya, sejumlah sekolah juga bersiap buka kembali. Kepala SMAN 6 Surabaya Mamik Pujowati mengatakan sekolahnya sudah menggelar simulasi dengan penerapan protokol kesehatan. Mamik menilai proses belajar dalam jaringan atau online tak berjalan maksimal dan sulit memacu semangat murid.
Namun tak semua wali murid setuju. Yuli Purnomo, orang tua siswa, menilai hasil jajak pendapat, yaitu persetujuan lebih dari 60 persen orang tua, tak bisa menjadi alasan pembukaan sekolah. Dia menilai para orang tua hanya berpikir praktis karena melihat anak-anaknya tak berfokus belajar di rumah. “Orang tua yang tahu kondisi tak akan memperbolehkan anaknya bersekolah,” ujar anggota Dewan Pendidikan Kota Surabaya ini.
PRAMONO, AHMAD FIKRI (BANDUNG), JAMAL A. NASHR (SEMARANG), NUR HADI (SURABAYA)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo