Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Karya Anak Pinggiran di Galeri Jepang

Busa Pustaka tak hanya bergerak di bidang literasi, tapi juga mengantarkan karya seni anak-anak pinggiran ke Jepang.

7 Mei 2023 | 00.00 WIB

Anak-anak mengikuti kegiatan literasi di Pondok Sekolah Rakyat Busa Pustaka, Kedaung, Bandar Lampung, Lampung. Dok. Busa Pustaka
Perbesar
Anak-anak mengikuti kegiatan literasi di Pondok Sekolah Rakyat Busa Pustaka, Kedaung, Bandar Lampung, Lampung. Dok. Busa Pustaka

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Busa Pustaka tak hanya sebagai taman bacaan, tapi juga melakukan berbagai kegiatan sosial.

  • Adi Sarwono mendirikan Busa Pustaka demi membantu anak-anak lepas dari jerat narkoba.

  • Di Busa Pustaka, anak-anak bisa belajar berbagai pengetahuan, dari seni hingga wirausaha.

Sejumlah anak berseragam putih-merah meriung di ruangan Busa Pustaka, di Perumahan Bukit Kemiling Permai Nomor 15, Bandar Lampung. Saban siang setelah pulang sekolah, mereka rutin mengunjungi rumah baca tersebut untuk membaca buku.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Rumah baca ini baru hadir sekitar dua tahun lalu. Sebelumnya, pendiri Busa Pustaka, Adi Sarwono, mengadakan perpustakaan keliling dengan sepeda motornya. Busa Pustaka tak sekadar melakukan kegiatan literasi. Adi pun berhasil membawa karya seni anak-anak Busa Pustaka tampil dalam sebuah pameran internasional di Jepang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Karya tersebut berupa lukisan di atas papan kamaboko. Sejak tahun lalu, Adi mengirim 23 lukisan anak-anak Busa Pustaka yang dipamerkan pada 23 Juli hingga 4 Desember 2022. Tahun ini, Adi berencana mengirim lagi karya mereka. "Tahun ini ada 47 karya," kata Adi kepada Tempo, Selasa, 2 Mei 2023.

Adi bercerita, awal mula karya anak-anak Busa Pustaka bisa muncul dalam pameran Kamaboko Ita no E karena tawaran temannya yang melihat unggahan Adi di Twitter. Ketika itu, Adi mengunggah kegiatan anak-anak Busa Pustaka sedang melukis dengan media batu dan botol.

Setelah Adi mengirim lukisan papan mereka pertama kalinya pada tahun lalu, rupanya banyak karya anak-anak dari pinggir kota serta tempat pembuangan sampah ini yang lolos screening dan akhirnya dipajang di galeri Shirokawa. Adi mengungkapkan reaksi anak-anaknya itu. Ada yang menangis, melompat, hingga menyerukan takbir dan Indonesia. "Kayak kami lagi ikut kejuaraan, padahal bukan lomba," ujarnya.

Anak-anak Busa Pustaka melukis di atas kayu. Dok. Busa Pustaka

Menurut Adi, capaian tersebut menjadi pelecut untuk anak-anak didiknya dalam berkarya. Bahkan mereka yang semula hampir putus sekolah kini semangat melanjutkan pendidikan. Setelah keberhasilan mengikuti pameran di Jepang, Adi dan anak-anak didiknya hendak berpartisipasi dalam festival kebudayaan di Brasil. Sayangnya, niat itu harus diurungkan karena anggarannya terpakai untuk membiayai persalinan sejumlah ibu di kawasan Tempat Pembuangan Akhir Bakung. 

Adi memang merancang Busa Pustaka tidak hanya sebagai tempat mengakses ilmu, tapi juga untuk memanusiakan manusia. Karena itu, ada banyak kegiatan sosial yang diselenggarakan. Saat ini, misalnya, Adi membiayai sekitar 300 anak agar dapat bersekolah. Kemudian ia menyediakan kuota Internet dan gawai untuk anak-anak belajar dan mempersiapkan mereka menjadi digital savvy (berpengetahuan luas tentang teknologi modern dan komputer) lebih dini.

Busa Pustaka juga terlibat dalam pemberdayaan ekonomi kalangan prasejahtera. Ia pernah memberikan bantuan akses kredit usaha rakyat bagi ibu-ibu yang pernah berkecimpung di dunia prostitusi. Salah satu anak dari ibu tersebut pernah mendatangi Adi, beberapa bulan lalu. Adi hampir tak mengenali remaja perempuan usia SMA itu. Sebab, saat pertama kali bertemu, anak itu masih duduk di bangku SD. Anak tersebut, kata Adi, bercerita bahwa ibunya baru pulang umrah dan memiliki toko grosir di daerah Lampung Tengah. Adi menuturkan kabar baik ini menjadi penyemangat bagi dirinya. "Saya bersyukur, tiap kali saya mulai berat, ada saja penguatnya," kata dia.

Adi mendirikan Busa Pustaka pada 2017. Kala itu, ia bekerja sebagai sales keliling di sebuah perusahaan nasional di bidang makanan. Tiap hari, pria berambut ikal ini berkeliling ratusan kilometer ke pelosok-pelosok Lampung dengan sepeda motornya. Suatu ketika, ia dicegat beberapa murid SD. Mereka meminta uang Rp 50 ribu untuk membeli narkoba. Adi lantas menelusuri bandar narkoba tersebut. "Di sana pokoknya ngiket anak-anak supaya enggak ada yang transaksi narkoba dan saya kepikiran bahwa literasi menjadi jalan," ucapnya.

Pendiri Busa Pustaka, Adiono (kanan), membacakan buku dalam kegiatan sosial di TPA Bakung, Bandar Lampung, Lampung. Dok. Busa Pustaka

Perjuangan Adi melepaskan anak-anak dari jerat narkoba tak mudah. Kakinya pernah terkena luka tembak dan badannya terkena bacokan karena ulah bandar tersebut. Namun pucuk dicinta ulam pun tiba. Bandar tersebut terlibat dalam kasus perampokan hingga tewas di tangan aparat. Anak-anak itu pun kini bersih dari narkoba dan Adi mengawali perpustakaan kelilingnya.

Dari sepuluh buku yang ia bawa setiap hari dengan sepeda motornya, kini koleksi Busa Pustaka sudah mencapai 15 ribu buku. Anak-anak yang mendapat akses bacaan kian bertambah, dari semula hanya 20 anak kini menjadi lebih dari 20 ribu anak yang tersebar di seluruh Lampung. Adi juga tak lagi sendirian. Ia kini dibantu sekitar 2.600 relawan untuk mendampingi anak-anak.

Selain membaca, salah satu rutinitas Adi adalah mengajak anak-anak berbagi keluh kesah. Menurut dia, hal ini penting untuk kesehatan mental mereka. Lewat sekolah rakyat yang ia dirikan, Adi juga mengadakan kelas bahasa Inggris, bahasa Lampung, hingga bahasa isyarat. "Karena di Busa Pustaka ada teman Tuli," tuturnya. Ia ingin anak-anak Busa Pustaka sejak kecil dapat melihat satu sama lain sebagai keberagaman kemampuan. "Terbukti, akhirnya mereka empati. Karena sebaik-baiknya ilmu, harus diawali dengan adab dan empati."

Kegiatan lainnya adalah kelas wirausaha, melukis, dan musik. Saat ini, Adi bersama anak-anak Busa Pustaka tengah menyiapkan lagu cover Project Pop yang berjudul Cepat Sembuh. Dalam proyek ini, anak-anak akan belajar mengenal alat musik, proses rekaman, hingga pembuatan klip video. Anak-anak juga dibekali dengan pelatihan soft skill, seperti fotografi dan dunia digital, agar memiliki keahlian tertentu.

Tak kalah penting, Adi juga membekali anggota Busa Pustaka dari usia balita hingga dewasa dengan pendidikan seks. Pasalnya, angka kasus pelecehan seksual di Lampung cukup tinggi. Karena itu, pendidikan ini rutin ia sampaikan kepada anak-anak tiap pekan. Lebih jauh, ia berharap Busa Pustaka bisa mendampingi banyak anak dalam berbagai aspek kehidupan. "Saya berharap Busa Pustaka bermanfaat untuk semua dan dapat berjalan makin besar."  

FRISKI RIANA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Friski Riana

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus