Gregoria Mariska Tunjung Dari Karate ke Badminton

BULU tangkis bukan cinta pertama Gregoria Mariska Tunjung, 18 tahun. Juara Dunia Badminton Junior 2017 tunggal putri ini menghiasi masa kanakkanaknya dengan latihan tari, renang, dan karate. "Apalagi Bapak pelatih karate," ujarnya kepada Tempo, awal bulan ini. Sang ayah, Gregorius Maryanto, pernah mengidamkannya menjadi karateka.

Gregoria mulai terpincut pada bulu tangkis saat melihat sepak terjang Taufik Hidayat di Piala Thomas 2006 di Tokyo, Jepang. Raihan perunggu Taufik cs menebar demam tepok bulu di sekitar kediaman Gregoria di Wonogiri, Jawa Tengah. Gregoria, waktu itu kelas I sekolah dasar, langsung minta dibelikan raket dan bergabung dengan anakanak seumurannya bermain di gang dan halaman rumah. Pelatih pertamanya adalah ayahnya. "Ayah cuma mengirangira soal teknik," ucapnya. Maryanto menggantungkan kok di lampu, lalu Gregoria memukulnya bolakbalik.

Gregoria mulai berlatih secara serius setahun kemudian. Alasannya, dia ikut pekan olahraga sekolah dan langsung keok. "Ikut klub supaya tidak malumaluin lagi," tuturnya. Ia berpindah klub dan berlatih secara privat di Wonogiri dan Solo, Jawa Tengah, sebelum bergabung dengan PB Mutiara Cardinal Bandung pada 2009. Dia lalu menghuni pusat pelatihan nasional Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia di Cipayung, Jakarta Timur, sejak 2013.

Nona bertinggi badan 164 sentimeter ini meraih perunggu SEA Games 2017 dan perak kejuaraan junior Asia 2016, sebelum mengalahkan Han Yue dari Cina di final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior di Yogyakarta, Oktober lalu. Atlet tunggal putri Indonesia terakhir yang menjadi juara dunia junior adalah Kristin Yunita, 25 tahun silam.