Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bermula dari hobi ngumpul bersama sejumlah pemusik rock, lama-lama Gus Im—sebutan akrab KH Hasyim Wahid—membikin terobosan nyleneh: membaca puisi politik gaya metal. Berlangsung di Taman Ismail Marzuki (TIM) dua pekan lalu, acara itu mengiringi peluncuran buku puisinya yang berjudul Bunglon. Puisi yang berisi kritik sosial politik itu dibacakan Ombat H. Nasution, vokalis metal senior, dengan teknik menggeram-geram serta diiringi besutan gitar elektrik kelompok rock progresif Discus yang melengking-lengking. ”Inspirasi ini sudah lama,” kata Gus Im kepada Tempo pekan lalu.
Ide ”puisi metal” ini lahir setelah adik dia mendirikan komunitas Indonesian Progressive Rock pada 1999. Gus Im adalah penggemar Jimi Hendrix sampai Metallica. Dari sinilah muncul pikiran ”nakal”nya untuk memadu puisi dan rock sebagai parodi kepada penguasa. Kawan-kawannya sepakat. Jadilah aksi panggung yang unik di TIM dua pekan lalu itu.
Kiai nyentrik ini juga membuat musikalisasi puisi para penyair nasional dalam bahasa Inggris untuk dibawa ke dapur rekaman dunia. ”Tak akan lebih dari dua tahun rekaman ini sudah jadi,” ujarnya optimistis. Dalam satu puisinya, dia mengutip sebait lirik Purple Haze, lagu Jimi Hendrix, yang dinyanyikan si jawara di Woodstock pada 1969 sebagai protes: Permisi! Biarkan aku mencium Langit!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo