KETIKA Walikota pertama 8urabaya, H. Doel Arnowo 71 tahun
mengadakan acara halal-bihalal di rumahnya 2 September lalu,
hadir seseorang yang bernama Soewarno Matamu, 87 tahun, anggota
Perintis Kemerdekaan. Tuan rumah segera memperkenalkannya. "Dia
ini Digulis pertama dan terakhir," katanya.
Sebelum masuk pcnjara Digul, bapak 3 anak dan kakek 7 orang itu
pernah ditahan Belanda di Glodok Jakarta selama 2 tahun, di
Pamekasan 3 « tahun dan kemudian di Digul 9 tahun. Ketika seluruh
tahanan Digul ramai-ramai dipulangkan, "saya naik kapal yang
salah, yang menuju Australia, " tutur Soewarno. "Akibatnya,
orang yang kemudian menjadi pimpinan DAMRI itu "mendarat di
Brisbane. Dan di sana, eh, dimasukkan penjara lagi, oleh tentara
Sekutu !"
Di antara teman-temannya di penjara Digul dia dikenal sebagai
orang yang keras, selalu membangkang, dan karena itu sering
didera tentara Belanda. Ketika diinterogasi dan ditanyai namanya
oleh petugas penjara, bukannya menjawab, Soewarno malah
menghardik-hardik: "Matamu ! Matamu ! " Karuan saja
temah-temannya lantas menaruh kata-kata umpatan itu di belakang
namanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini