PELUKIS dan penata tari Bagong Kussudiardjo, 54 tahun,
kalang-kabut pekan lalu. Ia ditagih uang sekolah untuk salah
seorang anaknya yang duduk di kelas 11 SMA. "Sudah 3 bulan uang
sekolahnya tidak saya bayar," katanya sambil mengelus jenggot
yang dibiarkannya tumbuh liar.
Tak cuma itu yang membuat Bagong kelabakan. Istrinya, hari itu,
juga melapor uang belanja sudah habis. Tak ayal lagi, Bagong pun
segera ngebut pakai sedan Datsun ke padepokan tarinyadi Kampung
Kasihan, 13 km di luar kota Yogya. Di sana ia meminjam uang
kepada sekretansnya.
Bukan sekaliua seniman ini kelabakan mencari utangan untuk
belanja dapur. Dan setiap kali meminjam uang, teman-temannya
selalu menertawakannya. "Mereka telanjur mengira saya ini kaya,"
ujarnya lagi. Padahal, katanya, hidupnya pas-pasan saja.
Repotnya, justru di saat krisis uang malah datang panitia ini
dan itu minta sumbangan. "Dan saya tak bisa berkutik. Sebab
mereka juga teman-teman dekat saya," lanjutnya. Kadang-kadang ia
memang panen uang, terutama sehabis "ngamen" dari luar negeri.
Tapi seperti peribahasa gali lubang tutup lubang, uang itu pun
blasanya cepat habis. Buat apa? "Ya buat membayar utang itu,"
sahut Bagong sambil tertawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini