RAFIKA DURI masuk desa. Penyanyi semampai bersuara lembut itu
sudah empat bulan ini berada di Selong -- ibukota Lombok Timur
-- sebuah kota kecil dan sepi. Ia ikut sang suami, dr. Sonny
Issudibyo, yang menjabat kepala seksi P3M Dikes kabupaten itu.
Mereka berdiam di sebuah rumah sederhana, terletak agak menyuruk
jauh dari jalan raya.
Terjun di lingkungan jauh dari kebisingan kota, Rafika tak
canggung. Para tetangga bahkan mengenal dia sebagai orang yang
cepat akrab dalam bergaul. Sehari-hari di rumah bila semua isi
koran habis dibaca -- termasuk, katanya, iklan juga dilalap --
Rafika memasak. Sebagian masakannya ia bagi-bagikan kepada
tetangganya. Selain itu ia ingin pula menulis ikhwal budaya
setempat. Tapi untuk mulai dia masih takut. "Khawatir jadinya
nggak bagus," ujarnya merendah.
Tapi ia juga sering menyertai perjalanan dinas suaminya ke
dusun-dusun terpencil. Malahan di malam buta sekalipun, jika
Sonny mendadak dipanggil karena ada pasien gawat. "Saya terbawa
juga dengan alam avonturir Sonny," komentar Rafika sambil
tersenyum. Pada hari-hari permulaan sampai di Selong, penduduk
setempat dengan cepat sudah mengenal nyonya dokter itu sebagai
Rafika Duri. Permintaan agar ia menyanyi pun muncul dari
mana-mana, di berbagai pertemuan. Bahkan dalam tugas suaminya
sebagai penganjur KB, Rafika sering diminta melagukan
pesan-pesan keluarga berencana.
Lalu bagaimana nasib kuliahnya? Ketika menikah Desember lalu,
"Saya sebetulnya akan ujian sarjana muda," Rafika bercerita.
Waktu itu ia duduk di tingkat III Dep. Senirupa Universitas
Trisakti, Jakarta. "Tapi nanti kalau pindah ke Jakarta lagi
tentu saya lanjutkan." Sang suami akan menjalani masa dinas di
sana untuk 3 tahun. "Ke mana setelah itu, belum tahu," kata
Sonny kepada TEMPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini