"SAYA dari dulu senang pada bidang penjualan," ujar Tati
Sumirah, 28 tahun. Itulah sebabnya, "saya senang bekerja di
situ," sambung pemain nasional bulutangkis yang 25 Juni lalu
resmi bekerja di sebuah apotik di Kebon Baru, Gudang Peluru,
Jakarta Selatan itu.
Lalu ia bercerita. Suatu hari di bulan Mei, seorang pengusaha
datang ke Pelatnas di Senayan. Ia menawari pekerjaan bagi pemain
putri yang belum bekerja. "Ivana kemudian menunjuk saya," kata
Tati. "Saya sendiri waktu itu belum mau kerja, sebab sekolahnya
belum selesai." Maka Tati pun bekerjalah di apotik tadi.
"Seandainya saya punya uang," katanya, "saya ingin jadi
pedagang." Berarti dunia bulutangkis akan ditinggalkannya. Dan
itu tergantung "bagaimana prestasi saya pada pertandingan
perebutan piala Uber nanti," katanya. "Kalau prestasi saya baik,
saya akan lanjutkan. Tapi kalau jelek, saya gantung raket saja,"
katanya. Apalagi ia sendiri punya anggapan: "Kita tidak bisa
main badminton terus-terusan."
Dan toh ia sudah banyak bcrkorban. "Saya tidak tamat SMP karena
badminton." Padahal ia merupakan anak sulung--di antara 6
bersaudara. Sejak kelas VI SD, sebagian besar waktunya memang
dihabiskan dengan raket.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini