Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kerja keras itu mengantarkan Irene meraih medali perak pada Olimpiade Catur di Calvia, Spanyol, pada 2004, dan juara ASEAN kelompok umur 16 tahun di Thailand, pekan lalu. Kok sampai kepincut catur? Ini jenis olahraga yang "enggak ribet," katanya. Cukup ada papan catur dan bidak, orang bisa main kapan saja dan di mana saja. "Enggak perlu raket, lapangan, seragam," Irene melanjutkan.
Walau sudah memetik prestasi, Irene tahu pecatur wanita di negeri kita masih kurang dihargai. "Masak, ada turnamen, juara pria dapat hadiah uang 11 juta rupiah, juara putri hadiahnya tak sampai sejuta," ujarnya kepada wartawan Tempo Philipus Parera. Jadi? Catur jalan terus, sekolah formal jalan terus. Di masa depan nanti, "Saya ingin jadi antropolog," ujarnya dengan malu-malu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo