Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemain biola dan penyanyi Ismi Halida, 26 tahun, untuk pertama kalinya tampil di Istana Negara pada resepsi makan malam 17 Agustus lalu. Bersama Afgan, Hussein Idol, dan Lala Carmela, diiringi band Purwacaraka, ia menghibur sekitar 500 undangan yang terdiri atas para menteri dan duta besar. Mengenakan kebaya putih dari Era Sukamto dan batik Iwan Tirta, Ismi membawakan tiga lagu.
Bagaimana ceritanya bisa diundang ke Istana?
Bulan puasa lalu, saya bersama ilusionis Galih Montana mengisi acara re-launching situs milik kantor berita Antara yang dihadiri Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono. Karena sepanjang tahun ini kita meperingati 100 tahun Ismail Marzuki, aku membawakan Indonesia Pusaka dan Juwita Malam yang digubah oleh beliau. Selesai saya tampil, Presiden SBY menghampiri saya dan memberi komentar, "Kamu bagus sekali mainnya." Lalu ditimpali Bu Ani, "Iya, ya. Kamu belajar dari kapan?" Dua minggu sebelum 17 Agustus, protokoler Istana menelepon dan meminta aku tampil.
Lagu apa yang kamu bawakan?
Sebetulnya aku sudah mengirim daftar lagu, tapi Presiden kemudian meminta aku membawakan lagu Tanah Airku; Cintaku, yang pernah dipopulerkan Chrisye; dan Bengawan Solo.
Detail sekali, sampai urusan lagu dia yang minta.
Bukan hanya lagu. Sewaktu geladi resik, sehari sebelum acara, Presiden datang untuk melihat. Detail acara dia perhatikan. Bahkan sampai pengaturan sound system dia beri komentar. "Itu musiknya terlalu kencang, vokal penyanyi kurang keras."
Kamu membuka resepsi itu dengan membawakan lagu Tanah Airku. Sewaktu penutupan, apa yang dinyanyikan?
Lagu terakhir dinyanyikan bersama-sama oleh keempat penyanyi, Presiden SBY, Ibu Ani, serta Wakil Presiden Boediono dan istrinya. Kami menyanyikan Don't Forget to Remember Me dari Bee Gees. Lagu itu sepertinya pas karena ini semacam perpisahan. Begitu selesai menyanyikan lagu itu, Presiden menengok ke belakang, ke arah para penyanyi dan musikus, lalu bilang, "Terima kasih, ya. Don't forget to remember us."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo